Dua Ledakan Sekaligus Terjadi di Kongo Timur

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 29 Juni 2021 15:53 WIB
Beni, Monitorindonesia.com - Kongo melarang pertemuan publik selama dua hari sejak Senin (28/6/2021) di Beni, setelah terjadi dua ledakan sekaligus di Kongo Timur. Seorang pelaku bom bunuh diri meledak di persimpangan yang ramai di Beni, Minggu (27/6/2021). Pada hari yang sama sebuah ledakan lain juga terjadi di gereja Katolik, ungkap pihak berwajib. Tidak ada warga sipil jadi korban jiwa dalam kedua ledakan tersebut tetapi pemerintah menutup kebanyakan tempat umum selama dua hari dan menetapkan pembatasan dalam pertemuan publik sebagai tindakan kewaspadaan atas ledakan yang mungkin akan terjadi lagi. Pelaku bom bunuh diri teridentifikasi keturunan Uganda yang merupakan anggaota dari pasukan sekutu demokratis menurut juru bicara militer Kongo, Lt Anthony Mwalushay. Bom bunuh diri tersebut merupakan serangan pertama yang pernah terjadi di Beni mengkhwatirkan para petugas berwajib yang telah diketahui sebagai pemberontakan kelompok ADF dalam kurun waktu beberapa tahun untuk memperjuangkan negara Islam. “Kami telah menahan dua orang tersangka dan mencegat semua saluran komunikasi mereka,” Mwalushay mengatakan Senin (28/6/2021) “Saya meminta masyarakat tetap tenang dan tetap waspada.” Dia menegaskan bahwa sekolah, pasar dan gereja ditutup selama 48 jam di Beni. “Kita tidak mengizinkan perkumpulan lebih dari 10 orang demi keselamatan bersama untuk menghindari jebakan modus operasi para pemberontak ADF Uganda,” tambahnya. Sebuah bom juga meledak pada Minggu pagi di gereja Katolik di kabupaten Butsili, Beni. Tidak ada korban jiwa tetapi dua orang korban mengalami luka serius. “Kami hendak membuka pintu gereja untuk mengizinkan para jemaat masuk. Kemudian kami mendengar suara bom dari dalam gereja. Disana sudah ada dua orang untuk doa pagi,” ungkap Mathe Kombi Vicoire yang bekerja di gereja tersebut. Ini merupakan serangan ketiga di tahun 2021 dengan target tempat ibadah. Menurut pihak militer dan pemerintah yang mencatat bahwa dua orang imam tewas dalam serangan ADF sebelumnya di tahun ini. Banyak warga Beni yang tetap tinggal di rumah dalam ketakutan. “Kita meminta pemerinta Kongo untuk memperkuat penjagaan anggota militer di tempat-tempat tertentu di kota Beni supaya serangan bom seperti ini tidak terjadi lagi,” ungkap Mumbere Mafuta, salah satu warga Beni. “Ini merupakan fenomena yang serius karena ledakan yang mirip dari teroris belum pernah kita alami sebelumnya disini. Hari ini bar, gereja dan pasar. Kita tidak tahu kedepannya bisa saja di sekolah. Semoga Tuhan memberkati kita.” Kelompok pemberontak ADF berasal dari negara tetangga, Uganda dan telah menjadi ancaman bagi Kongo Timur selama lebih dari 20 tahun. Kelompok negara Islam tersebut telah bertanggung jawab atas beberapa serangan yang dilakukan oleh pemberantak ADF tetapi hubungan yang tepat antar kelompok tersebut belum jelas. Kampanye militer Kongo telah diluncurkan untuk melawan pemberontakan pada tahun lalu dan para penyerang telah bubar dan melarikan diri ke berbagi daerah di Kongo Timur dimana puluhan kelompok bersenjata berjuang untuk menguasai territorial yang kaya akan air. Para pemberontak meningkatkan jumlah serangan sebagai balasan tindakan militer yang menyinggung mereka khususnya di Beni dan daerah sekitarnya. (Yohana RJ) Sumber: VOA

Topik:

Kongo