Kekerasan di Afrika Selatan Meningkat, 10 Orang Tewas, 750 Orang Ditangkap

mbahdot
mbahdot
Diperbarui 13 Juli 2021 19:19 WIB
Johannesburg, Monitorindonesia.com - Kerusuhan di Afrika Selatan yang dipicu oleh pemenjaraan mantan presidennya Jacob Zuma semakin meningkat. Menteri kepolisian Afrika Selatan Bheki Cele menyebut, sedikitnya 10 orang tewas, beberapa orang mengalami luka tembak, dan 750 orang telah ditangkap. Di antara mereka yang tewas terdapat seorang anak laki-laki berusia 15 tahun. “Kami yakin lembaga penegak hukum kami dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Situasi saat ini di lapangan berada di bawah pengawasan ketat dan kami akan memastikan itu tidak akan memburuk lebih lanjut, ”kata Cele seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (13/7/2021) Cele juga memperingatkan bahwa gangguan tersebut berisiko kekurangan obat-obatan dan bahan makanan yang parah di seluruh Afrika Selatan. Sementara itu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyebut aksi kekerasan ini belum pernah terjadi sejak 27 tahun berakhirnya rezim apartheid di negara itu. Kerusuhan terjadi di dua provinsi terpadat di negara itu, Gauteng, di mana Johannesburg, kota terbesar dan pusat ekonomi negara itu berada, dan KwaZulu-Natal, provinsi asal Zuma. Beberapa jalan raya utama Afrika Selatan diblokir. Sebuah helikopter polisi mengawasi di pinggiran Johannesburg, Soweto, tempat para penjarah membawa perangkat TV raksasa, oven microwave, pakaian, dan linen. Banyak bisnis dan mal ditutup sebagai tindakan pencegahan, sementara sejumlah alarm palsu menyebabkan evakuasi panik beberapa mal di Johannesburg dan di tempat lain. Pusat kerusuhan adalah wilayah asal Zuma, KwaZulu-Natal. Di ibukotanya, Pietermaritzburg, asap mengepul dari atap sebuah pusat perbelanjaan besar pada hari Senin (12/7/2021). Bank, toko, dan Stasiun pengisian bahan bakar di kota ditutup. Di pusat Durban, kota terbesar di KwaZulu-Natal, terjadi pembobolan yang meluas dan paramedis diserang. Cele mengatakan polisi berusaha memantau unggahan media sosial yang menghasut dan memohon agar langkah-langkah melawan Covid-19 dihormati. Begitu banyak kritik bahwa lembaga penegak hukum gagal mencegah protes dan kekerasan yang diakibatkannya. Para pejabat berusaha menjelaskan kegagalan intelijen mereka. Ini adalah pertama kalinya seorang mantan presiden dipenjara di Afrika Selatan pasca-apartheid dan telah dilihat sebagai tonggak bagi supremasi hukum di negara itu. Sumber : The Guardian

Topik:

Afrika Selatan Jacob Zuma Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa