Politisi Ditahan, Pemimpin Kudeta Guinea Menjanjikan Pemerintahan Nasional

Adrian Calvin
Adrian Calvin
Diperbarui 7 September 2021 10:04 WIB
Monitorindonesia.com - Para pemimpin kudeta militer di Guinea menjanjikan pada Senin (06/09/2021) untuk mengatur transisi pemerintahan persatuan nasional setelah melengserkan Presiden Alpha Conde dan membubarkan kabinetnya. Kudeta Minggu (05/09/2021) yang mana Presiden Conde dan para petinggi politik lainnya ditahan dan dilarang melakukan perjalanan merupakan aksi kudeta ketiga sejak April di Afrika Barat dan Afrika Tengah meningkatkan kekhawatiran akan kembalinya pemerintahan militer di wilayah yang telah membuat langkah terhadap multi partai demokrasi sejak tahun 1990-an. Aksi kudeta tersebut dikutuk oleh banyak pemimpin internasional, menempatkan tekanan pada pemimpin militer yang baru untuk menawarkan rencana baru yang menggulingkan perintah lama dan untuk menjamin kembali para investor yang penting bagi Guinea sehingga ekspor tidak terputus. “Akan dilakukan konsultasi untuk merancang kerangka kerja umum dari transisi tersebut kemudian sebuah pemerintahan persatuan nasional akan memimpin transisi tersebut,” pemimpin kudeta Mamady Doumbouya, mantan petugas French Legionnaire mengatakan pada pertemuan dengan para menteri Presiden Conde dan pejabat pemerintah senior. “Pada fase akhir transisi, kami akan mengatur zaman baru untuk pemerintahan dan perkembangan ekonomi,” dia menjelaskan sambil diapit oleh para tentara dengan baret merah. Doumbouya tidak mengatakan apa langkah selanjutnya setelah transisi atau tidak mengatakan kapan akan dikembalikan sistem pemerintahan dengan pemilihan demokrasi. Penahanan kekuasaan didukung oleh para masyarakat luas yang tidak puas dengan kinerja Presiden Conde (83 tahun) yang sebelumnya menjanjikan demokrasi stabil tetapi dengan kekuasaannya dia mendiamkan para oposisi dengan kekerasan, gagal mengurangi kemiskinan dan tahun lalu memutuskan untuk melangsungkan masa jabatan ketiga - langakah tersebut tidak sah menurut banyak orang. Kudeta tersebut disambut baik oleh banyak orang tetapi menakutkan bagi sektor pertambangan. Guinea merupakan penghasil bauksit terbesar di dunia, merupakan biji penghasil alumunium. Harga besi naik pada Senin (06/09/2021), meskipun tidak ada pertanda gangguan penyaluran. Dalam usaha untuk mengatasi ketakutan, Doumbouya mengatakan pasukan militer perbatasan kelautan akan tetap dibuka sehingga produk tambang bisa diekspor. Batas jam malam juga saat ini tidak diberlakukan di sektor pertambangan, ungkapnya. “Saya bisa menjamin rekan bisnis dan ekonomi bahwa kegiatan akan berjalan normal di negeri ini. Kami meminta perusahaan tambang untuk tetap melanjutkan kegiatan mereka,” ungkapnya. Para Politisi Ditahan Lalu lintas sudah berjalan kembali dan beberapa toko dibuka kembali sekitar wilayah administrasi utama Kaloum di Conakry yang menjadi saksi terjadinya serangan tembakan hebat sepanjang hari Minggu (05/09/2021). Seorang juru bicara militer mengatakan di televisi bahawa perbatasan darat dan laut juga telah dibuka kembali. Tetapi kerusakan masih tersisa. Doumbouya melarang pejabat pemerintah meninggalkan Guinea dan memerintahkan mereka untuk menyerahkan semua kenderaan mereka. Para politisi yang menghadiri rapat Senin (06/09/2021) kemudian dikawal oleh para tentara dengan baret merah melalui keramaian yang menghujati mereka menuju unit militer di kantor pusat Conakry. Dua sumber diplomasi mengatakan bahwa Perdana Menteri Ibrahima Kassory Fofana, Menteri Urusan Keprisidenan Mohamed Diane dan Pembicara Majelis Nasional Amadou Damaro Camara telah ditahan. Internasional amnesti dalam sebuah pernyataan Senin (06/09/2021) memanggil para pemimpin kudeta untuk menjelaskan dasar legal untuk penahanan Presiden Conde dan untuk membebaskan anak buahnya yang telah ditahan secara arbitrasi dalam beberapa bulan sekitar pemilihan tahun lalu.[Yohana RJ]   Sumber: Reuters

Topik:

Guinea