Paus dan PM Jepang, Bahas Harapan untuk Dunia Bebas Nuklir

Venny Carasea
Venny Carasea
Diperbarui 4 Mei 2022 23:15 WIB
Jakarta, MI - Paus Fransiskus dan Perdana Menteri Jepang, satu-satunya negara yang terkena bom atom, bertemu pada hari Rabu dan membahas harapan bersama mereka untuk dunia yang bebas dari senjata nuklir. Paus Francis dan PM Fumio Kishida bertemu selama sekitar setengah jam di ruang penerima aula audiensi Vatikan tepat sebelum Francis mengadakan audiensi umum untuk ribuan orang di Lapangan Santo Petrus. "Mereka berbicara tentang senjata nuklir dan bagaimana penggunaan dan kepemilikannya tidak terbayangkan," kata juru bicara Vatikan Matteo Bruni seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (4/5). Sebuah pernyataan terpisah Vatikan mengatakan bahwa dalam diskusi setelahnya dengan para diplomat tinggi Vatikan, perhatian khusus diberikan pada perang di Ukraina, "menekankan pentingnya dialog dan perdamaian dan mengungkapkan harapan, untuk tujuan ini, untuk dunia yang bebas dari senjata nuklir". Sejak Rusia menginvasi tetangganya pada 24 Februari, Francis telah beberapa kali berbicara tentang kemungkinan konflik nuklir akibat perang. Keduanya bertemu pada hari yang sama ketika kementerian luar negeri Rusia mengumumkan sanksi terhadap 63 pejabat Jepang, termasuk Kishida, karena terlibat dalam apa yang disebutnya "retorika yang tidak dapat diterima" terhadap Moskow. Dalam pembacaan pertemuan tersebut, kedutaan besar Jepang untuk Vatikan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa paus dan Kishida juga membahas penembakan rudal balistik Korea Utara ke laut lepas pantai timurnya pada hari Rabu dan kekhawatiran tentang potensi nuklir utara. Selama kunjungannya ke Jepang pada 2019, Fransiskus mengunjungi Hiroshima dan Nagasaki, yang pada 1945 menjadi satu-satunya kota yang pernah terkena bom atom, dan mengimbau para pemimpin dunia untuk memastikan bahwa senjata nuklir tidak pernah digunakan lagi. Francis mendukung perjanjian PBB yang bertujuan untuk melarang senjata nuklir dan mengatakan bahwa kepemilikan mereka untuk tujuan pencegahan tidak bermoral.