AS dan Israel Sepakat untuk Menolak Persenjataan Nuklir Iran

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 14 Juli 2022 22:29 WIB
Jakarta, MI - Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani janji bersama pada Kamis (14/7) untuk menolak senjata nuklir Iran, sebuah pertunjukan persatuan oleh sekutu yang telah lama terpecah karena diplomasi dengan Teheran. Upaya itu, bagian dari "Deklarasi Yerusalem" yang memahkotai kunjungan pertama Biden ke Israel sebagai presiden, terjadi sehari setelah dia mengatakan kepada stasiun TV lokal bahwa dia terbuka untuk penggunaan kekuatan "upaya terakhir" terhadap Iran, sebuah langkah nyata untuk mengakomodasi tindakan Israel. "Kami tidak akan mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir," kata Biden dalam konferensi pers setelah penandatanganan deklarasi tersebut. Washington dan Israel secara terpisah membuat pernyataan terselubung tentang kemungkinan perang pendahuluan dengan Iran yang menyangkal mencari senjata nuklir selama bertahun-tahun. Namun, apakah mereka memiliki kemampuan atau kemauan untuk mewujudkan hal ini masih menjadi perdebatan. Pernyataan hari Kamis menegaskan kembali dukungan AS untuk keunggulan militer regional Israel dan kemampuan "untuk mempertahankan diri dengan sendirinya". "Amerika Serikat menekankan bahwa bagian integral dari janji ini adalah komitmen untuk tidak pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir, dan bahwa ia siap untuk menggunakan semua elemen kekuatan nasionalnya untuk memastikan hasil itu," tambah pernyataan itu seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (14/7). Lapid menggunakan postur ini sebagai cara untuk menghindari konflik terbuka. "Satu-satunya cara untuk menghentikan nuklir Iran adalah jika Iran tahu dunia bebas akan menggunakan kekuatan," katanya setelah upacara penandatanganan. Berbicara di sampingnya, Biden menggambarkan pencegahan nuklir Iran sebagai "kepentingan keamanan vital bagi Israel dan Amerika Serikat dan, saya akan menambahkan, untuk seluruh dunia juga". Pada 2015, Iran menandatangani kesepakatan internasional yang membatasi proyek nuklirnya dengan potensi pembuatan bom. Pada tahun 2018, saat itu AS dibawah Presiden Donald Trump keluar dari pakta itu, menganggapnya tidak cukup, penarikan yang disambut oleh Israel. Iran sejak itu meningkatkan beberapa kegiatan nuklir, menempatkan waktu yang terus berjalan pada upaya kekuatan dunia untuk kembali ke kesepakatan dalam pembicaraan Wina. Israel sekarang mengatakan akan mendukung kesepakatan baru dengan ketentuan yang lebih ketat. Iran telah menolak keras untuk tunduk pada pembatasan lebih lanjut.