Di Bawah Pantauan Putin, Rusia Gelar Latihan Senjata Nuklir Strategis

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 27 Oktober 2022 08:40 WIB
Jakarta, MI - Rusia menggelar latihan perang nuklir strategis di bawah pemantauan Presiden Vladimir Putin pada saat ketegangan meningkat dengan negara Barat setelah perang di Ukraina berlangsung selama delapan bulan. Rudal balistik dan rudal jelajah diluncurkan dari Kutub Utara ke Timur Jauh Rusia dalam latihan itu, menurut pihak Kremlin. Amerika Serikat telah diberitahu tentang latihan di bawah ketentuan perjanjian senjata New Start itu seperti dikutip BBC.com, Kamis (27/10). Peluncuran itu terjadi saat Rusia membuat klaim yang tidak berdasar bahwa Ukraina berencana menggunakan "bom kotor". "Bom kotor" adalah alat peledak dicampur dengan bahan radioaktif, namun tuduhan Rusia itu banyak ditolak oleh negara-negara Barat sebagai klaim palsu. Kyiv memperingatkan bahwa klaim tersebut justru menunjukkan bahwa Moskow sendiri akan mempersiapkan serangan semacam itu. Latihan nuklir Rusia terakhir terjadi lima hari sebelum menginvasi Ukraina. Menjelang latihan terbaru, para pejabat militer di Washington menunjukkan bahwa Rusia telah mematuhi kewajiban pengendalian senjata. NATO juga menggelar latihan nuklirnya sendiri, yang disebut Steadfast Noon di barat laut Eropa. Aliansi pertahanan negara Barat itu menyatakan latihan yang melibatkan 14 negara tersebut berlangsung hingga Minggu di wilayah Belgia, Inggris, dan Laut Utara. Latihan militer Rusia diadakan dengan latar belakang melemahnya serangan negara itu di selatan dan timur Ukraina. Moskow telah mengirim pasukan ke kota utama Kherson di selatan untuk membantu mempertahankannya. Rusia merebut Kherson pada hari-hari awal perang, tetapi baru-baru ini telah mendapat tekanan saat pasukan Ukraina mencapai kemajuan. Menteri pertahanan Sergei Shoigu terlihat di TV Rusia dan menyatakan bahwa tujuan latihan itu adalah untuk para komando dan bagi kontrol militer untuk berlatih melakukan "serangan nuklir besar-besaran oleh kekuatan nuklir strategis sebagai pembalasan atas serangan nuklir musuh". Salah satu dari dua rudal diluncurkan dari kapal selam bertenaga nuklir di Laut Barents. Semua rudal mencapai target, tambahnya. Sementara itu, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan pada hari Rabu bahwa "menurut pendapat pribadinya Putin tidak akan menggunakan senjata nuklir". Secara terpisah, dia mengatakan kepada TV AS bahwa serangan balik Ukraina di selatan telah terhambat oleh cuaca hujan. Dalam pidatonya pada bulan September, Putin mengatakan negaranya memiliki "berbagai senjata pemusnah" dan akan "menggunakan semua cara yang tersedia". Dia juga mengatakan bahwa ancaman itu bukan sekadar gertakan.