Mantan PM Benjamin Netanyahu Dipastikan Kembali Berkuasa

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 4 November 2022 08:28 WIB
Jakarta, MI - Koalisi yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berhasil memenangkan mayoritas kursi di parlemen (Knesset) dengan 120 kursi sehingga memungkinkan tokoh kontroversial itu kembali berkuasa. Hasil akhir pemilihan umum yang diumumkan kemarin menunjukkan bahwa Netanyahu dan sekutu ultranasionalisnya memenangkan 64 kursi di parlemen yang memiliki 120 kursi dan 32 kursi disumbang oleh partai Likud pimpinan Netanyahu. Netanyahu diperkirakan akan kembali sebagai PM Israel setelah gelombang sayap kanan muncul sebagai pemain kunci dalam pemilihan umum Israel. Pada hari Rabu, ketika sekitar 85 persen suara telah dihitung, Netanyahu mengatakan kepada para pendukungnya bahwa mereka “di ambang kemenangan yang sangat besar”. Dia juga berjanji untuk membentuk “pemerintah nasional yang stabil”. Lawan-lawannya dalam koalisi saat ini, yang dipimpin oleh Yair Lapid, perdana menteri saat ini yang berhaluan tengah, memenangkan 51 kursi. Sedangkan sisanya dipegang oleh sebuah partai kecil Arab yang tidak terafiliasi. Lapid mengucapkan selamat kepada Netanyahu dan menginstruksikan stafnya untuk mempersiapkan transisi kekuasaan yang terorganisir, menurut kantornya kemarin. Negara Israel menjadi pertimbangan utama di atas pertimbangan politik apa pun, kata Lapid. Saya berharap Netanyahu sukses, demi rakyat Israel dan Negara Israel, katanya. Netanyahu, yang tengah diadili karena korupsi, akan diundang oleh Presiden Israel Isaac Herzog untuk membentuk pemerintahan, sebuah proses yang kemungkinan akan dimulai minggu depan. Dia akan memiliki waktu 28 hari untuk membentuk apa yang diharapkan menjadi pemerintah Israel paling kuat dari sayap kanan. Mitra koalisinya, partai Religius Zionisme, memenangkan 14 kursi. Para pemimpin partai sekarang akan berusaha menerjemahkan kinerja partai dan raihan suara ke dalam jabatan senior pemerintah bagi para anggotanya, termasuk posisi yang bertanggung jawab atas keamanan. Netanyahu, yang menjadi perdana menteri selama 12 tahun antara 2009 dan 2021, berutang dukungan kepada partai Zionisme Agama, setelah dia ditinggalkan oleh mantan sekutunya, seperti Naftali Bennett. Bennett, seorang rekan sayap kanan yang pernah dilihat sebagai anak didik Netanyahu, membentuk koalisi dengan politisi dari seluruh elemen Israel dan sebuah partai yang mewakili Palestina di Israel sehingga menjauhkan Netanyahu dari kekuasaan pada Maret 2021. Aliansi itu, yang beroposisi terhadap Netanyahu, terbukti tidak mungkin untuk tetap bersatu dan akhirnya bubar pada bulan Juni. Hal itu mendorong pelaksanaan pemilu yang kelima sejak 2019. Kemenangan tersebut merupakan pembalikan nasib bagi Netanyahu, yang juga perdana menteri antara tahun 1996 dan 1999. Salah satu alasan utama penentangannya adalah masalah hukumnya. Dia menghadapi tuduhan korupsi dan penipuan, sebuah tuduhan yang dia bantah. Partai Zionisme Agama menyatakan bahwa, jika dia masuk ke pemerintahan maka di akan bekerja untuk menghapus pelanggaran “penipuan dan pelanggaran kepercayaan”, yang merupakan salah satu kejahatan yang dituduhkan kepada Netanyahu.