Bertambah, Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Kini Tembus 28 Ribu Lebih

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 12 Februari 2023 07:30 WIB
Jakarta, MI - Gempa yang mengguncang Turki dan Suriah menyebabkan ribuan bangunan runtuh, menewaskan lebih dari 28.000 orang dan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Hingga kini penyelamat masih menarik korban selamat dari reruntuhan akibat gempa tersebut. Stasiun TV Turki NTV melaporkan bahwa seorang pria berusia 44 tahun di Iskenderun, di provinsi Hatay, diselamatkan 138 jam setelah cobaan berat itu. Penyelamat yang menangis menyebutnya keajaiban, dengan satu mengatakan mereka tidak berharap menemukan orang hidup tetapi ketika mereka menggali, mereka melihat matanya dan dia menyebutkan namanya. Di provinsi yang sama, NTV juga melaporkan bayi laki-laki bernama Hamza ditemukan hidup di Antakya 140 jam setelah gempa. Dilansir dari AP News, Minggu (12/2), korban tewas di Turki mencapai 24.617 orang dan melukai sedikitnya 80.000 orang. Sedangkan di Suriah korban tewas sebanyak 3.553 orang. Sehingga total korban tewas 28.170 orang. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui awal pekan ini bahwa respons awal terhambat oleh kerusakan parah pada jalan, dan infrastruktur lain yang membuat sulit untuk mencapai beberapa titik. Dia juga mengatakan daerah yang paling parah terkena dampaknya berdiameter 500 kilometer (310 mil) dan merupakan rumah bagi 13,5 juta orang di Turki. Selama tur ke kota-kota yang rusak akibat gempa pada Sabtu, Erdogan mengatakan bencana dengan cakupan seperti ini jarang terjadi dan sekali lagi menyebutnya sebagai "bencana abad ini". Namun tantangan yang dihadapi upaya bantuan tidak begitu nyaman bagi mereka yang menunggu bantuan. Di Antakya, ibu kota provinsi Hatay, tim penyelamat yang tersebar masih bekerja keras, tetapi banyak warga telah pergi pada hari Sabtu. Di antara mereka yang tinggal adalah orang-orang dengan keluarga yang masih terkubur. Banyak dari mereka telah berkemah di jalanan selama berhari-hari dan tidur di dalam mobil. Meskipun para ahli mengatakan orang yang terperangkap dapat hidup selama seminggu atau lebih, kemungkinan untuk menemukan korban selamat lainnya dengan cepat berkurang. Tim penyelamat beralih ke kamera termal untuk membantu mengidentifikasi kehidupan di antara puing-puing, sebuah tanda bahwa korban yang selamat mungkin terlalu lemah untuk meminta bantuan.