Serangan Israel di Gaza Tewaskan 12 Orang, Termasuk Tiga Komandan Jihad Islam

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 9 Mei 2023 14:27 WIB
Jakarta, MI - Israel melancarkan serangan udara terhadap kelompok milisi Palestina, Jihad Islam di Jalur Gaza pada Selasa (9/5) dini hari waktu setempat. Kementerian Kesehatan di wilayah Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan, 12 orang tewas dalam serangan tersebut. Mereka mengatakan bahwa wanita dan anak-anak termasuk di antara yang tewas, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai identitas para korban. Seorang jurnalis AFP di Gaza melihat bagian atas gedung terbakar setelah serangan serta ambulans mengevakuasi korban. Tentara Israel mengatakan telah menargetkan tiga pemimpin Jihad Islam, yang dianggap mereka sebagai organisasi teroris, dan telah menyerang "lokasi pembuatan senjata" milik kelompok tersebut. Kelompok militan tersebut mengkonfirmasi bahwa tiga pejabat senior tewas, menyebut mereka dalam sebuah pernyataan sebagai Jihad Ghannam, sekretaris dewan militer Brigade Al-Quds; Khalil al-Bahtini, juga dari dewan dan komandan sayap militer di Gaza utara; dan Tareq Ezzedine, yang digambarkan oleh Jihad Islam sebagai "salah satu kepala aksi militer" di Tepi Barat yang diduduki yang beroperasi dari Gaza. Di Rafah, di selatan Jalur Gaza, seorang fotografer AFP melihat mayat seorang pria yang diidentifikasi sebagai Ghannam. "Kami meratapi para pemimpin dan istri mereka serta sejumlah anak mereka yang terbunuh dalam kejahatan Zionis yang pengecut," kata Jihad Islam dalam sebuah pernyataan, bersumpah bahwa "darah para martir akan meningkatkan tekad" gerakan tersebut. Serangan udara, yang dimulai setelah pukul 02.00 (23.00 GMT pada Senin), masih berlangsung hampir dua jam kemudian, menurut wartawan AFP, dengan ledakan baru terdengar di timur. Operasi itu dilakukan kurang dari seminggu setelah Jihad Islam mengumumkan gencatan senjata di sekitar Gaza - ditengahi dengan bantuan dari Mesir - menyusul gejolak baru dalam kekerasan. Militan Israel dan Gaza saling baku tembak setelah kematian Khader Adnan di tahanan Israel, yang telah melakukan mogok makan selama 87 hari setelah penangkapannya karena terkait dengan Jihad Islam. Pada hari Selasa, kelompok militan tersebut mengatakan bahwa Israel telah "mencemooh semua inisiatif mediator" dan bersumpah akan "membalas para pemimpin" yang tewas dalam serangan udara terakhir.