Kebakaran Tambang di Kazakhstan Tewaskan 32 Orang, 14 Lainnya Hilang

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 28 Oktober 2023 21:07 WIB
Ilustrasi [Foto: iStock]
Ilustrasi [Foto: iStock]

Jakarta, MI - Kebakaran tambang batu bara di Kazakhstan menewaskan sedikitnya 32 pekerja, sementara 14 pekerja lainnya masih belum ditemukan pada Sabtu (28/10).

Sekitar 252 orang sedang bekerja di tambang batu bara Kostenko pada saat kebakaran terjadi, yang diyakini disebabkan oleh kantong gas metana, kata perusahaan operasional ArcelorMittal Temirtau dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari EuroNews, Sabtu (28/10).

ArcelorMittal Temirtau adalah perwakilan lokal ArcelorMittal multinasional yang berbasis di Luksemburg, produsen baja terbesar kedua di dunia. Perusahaan ini mengoperasikan delapan tambang batu bara di wilayah Karaganda dan empat tambang bijih besi di Kazakhstan tengah dan utara.

Kebakaran tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian kematian di tempat kerja di lokasi yang dioperasikan oleh ArcelorMittal Temirtau. 

Pada bulan Agustus, empat penambang tewas setelah kebakaran terjadi di tambang yang sama, sementara lima orang tewas akibat kebocoran metana di lokasi lain pada November 2022.

Dalam pernyataannya, perusahaan menyampaikan “rasa sakit” atas hilangnya nyawa dan mengatakan upaya mereka “sekarang ditujukan untuk memastikan bahwa karyawan yang terkena dampak menerima perawatan dan rehabilitasi yang komprehensif, serta kerja sama yang erat dengan otoritas pemerintah.”

Presiden Kazakh Kassym-Jomart Tokayev mengatakan bahwa negaranya menghentikan “kerja sama investasi” dengan ArcelorMittal Temirtau. 

Kantor Kejaksaan Agung Kazakhstan juga telah mengumumkan penyelidikan terhadap potensi pelanggaran keselamatan di tambang batu bara.

Menyusul tragedi tersebut, ArcelorMittal pada Sabtu mengkonfirmasi penandatanganan “perjanjian awal” dengan Kazakhstan untuk mengalihkan kepemilikan anak perusahaan lokalnya ke negara besar di Asia Tengah ini.

"ArcelorMittal dapat mengonfirmasi bahwa kedua pihak telah baru-baru ini menandatangani perjanjian awal untuk transaksi yang akan mengalihkan kepemilikan ke Republik Kazakhstan", dalam siaran pers dari raksasa baja global tersebut, yang menyatakan bahwa mereka akan "berusaha untuk menyelesaikan transaksi ini secepat mungkin".