Tiga Tentara Israel Tewas di Rafah

Firmansyah Nugroho
Firmansyah Nugroho
Diperbarui 29 Mei 2024 23:21 WIB
Tentara Israel mengendarai APC di dekat perbatasan Israel-Gaza, terlihat dari Israel selatan, Rabu, 29 Mei 2024. (Foto: AP/Tsafrir Abayov)
Tentara Israel mengendarai APC di dekat perbatasan Israel-Gaza, terlihat dari Israel selatan, Rabu, 29 Mei 2024. (Foto: AP/Tsafrir Abayov)

Rafah, MI - Militer Israel, Rabu (29/5/2024) mengatakan tiga tentaranya tewas di Rafah, kota di bagian selatan Gaza, di mana warga melaporkan serangan baru Israel dan Hamas mengatakan telah menembakkan roket ke arah pasukan Israel.

Serangan terbaru itu muncul sementara Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan perlu ada gencatan senjata di Gaza dan akses untuk berbagai organisasi bantuan kemanusiaan guna mengirimkan bantuan untuk warga Palestina yang sangat membutuhkan bantuan setelah perang selama hampir delapan bulan.

“Kami siap melakukan kegiatan penting. Kami harus memiliki akses, dan untuk memiliki akses harus ada gencatan senjata,” kata Presiden IFRC Kate Forbes kepada Reuters.

Juga berbicara kepada kantor berita Associated Press, Forbes mengatakan ada kebutuhan jangka pendek yang harus diatasi segera, seperti malnutrisi dan kurangnya sanitasi yang layak.

“Tetapi ini akan menjadi kegiatan jangka panjang dan melelahkan karena akan ada bantuan yang diperlukan selama beberapa dekade untuk memperbaiki Gaza dan orang-orang di sana,” kata Forbes kepada Associated Press.

AS menyatakan “keprihatinan mendalam” pada hari Selasa terkait serangan udara Israel pada hari Minggu yang menewaskan sedikitnya 45 orang Palestina yang berlindung di sebuah kamp pengungsi di Rafah dan mencederai 200 lainnya. AS mengatakan telah mendesak Israel agar melakukan investigasi penuh.

“Foto-foto itu memilukan hati,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan.

Ia mengatakan bahwa meskipun Israel berhak untuk memburu Hamas, Israel memiliki kewajiban untuk meminimalkan kerugian pada warga sipil sewaktu melancarkan operasinya.

“Kami akan terus menekankan kepada Israel mengenai kewajiban mereka untuk mematuhi hukum humaniter internasional sepenuhnya, meminimalkan dampak operasi mereka terhadap warga sipil dan memaksimalkan aliran bantuan kemanusiaan bagi mereka yang sangat membutuhkannya,” kata Miller.

Ia menambahkan bahwa militer Israel telah menjanjikan investigasi yang berlangsung cepat, komprehensif dan transparan. “Kami akan mengawasi hasilnya dengan cermat,” lanjut Miller.

Militer Israel mengatakan sedang meninjau kemungkinan senjata-senjata yang disimpan di area itu dihantam oleh serangan Israel yang mungkin memicu kebakaran di sebuah kamp pengungsi pada hari Minggu.

Seorang juru bicara militer hari Selasa mengatakan amunisi yang digunakan dalam serangan itu terlalu kecil untuk memicu kebakaran besar.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan itu menyulut kebakaran tenda di area yang menampung para pengungsi. Israel mengatakan telah membunuh dua militan senior Hamas dalam serangan tersebut.

“Saya pikir ini telah mengemukakan dengan sangat jelas mengenai tantangan serangan udara oleh militer di daerah-daerah padat penduduk di Gaza, termasuk Rafah, karena ada risiko korban jiwa warga sipil,” kata penasihat komunikasi keamanan nasional John Kirby mengenai temuan awal Israel mengenai kebakaran yang disebabkan oleh ledakan kedua dan bukannya oleh serangan awal.

Dewan Keamanan PBB Selasa sore bertemu dalam sidang tertutup yang diminta oleh Aljazair untuk membahas serangan tersebut. Seusai pertemuan, Duta Besar Aljazair untuk PBB Amar Bendjama mengatakan kepada wartawan bahwa Aljazair berencana segera mengedarkan rancangan resolusi mengenai Rafah.

“Teks singkat. Teks tegas untuk menghentikan pembunuhan di Rafah,” ujarnya.

Naskah tersebut “Memutuskan bahwa Israel, penguasa pendudukan, harus segera menghentikan ofensif militernya, dan tindakan lain di Rafah.”  Naskah itu juga menuntut gencatan senjata segera “yang dipatuhi semua pihak” serta pembebasan seluruh sandera dengan segera dan tanpa syarat.

Berbicara sebelum pertemuan itu, utusan Prancis Nicolas de Riviere mengatakan kepada wartawan bahwa Israel harus menghentikan operasinya sesuai dengan putusan Mahkamah Internasional, dan kelompok-kelompok Palestina harus menghentikan serangan roket terhadap Israel. “Ini adalah masalah hidup dan mati,” ujarnya. “Ini adalah masalah darurat.””

Sekjen PBB Antonio Guterres mengemukakan dalam sebuah pernyataan hari Selasa bahwa “kekerasan tanpa henti” harus diakhiri dan ia mengulangi seruannya bagi gencatan senjata kemanusiaan dan pembebasan segera seluruh sandera. 

Topik:

israel rafah gaza