Aksi Mogok Barista Starbucks Tutup 170 Gerai di AS Menjelang Natal

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 25 Desember 2024 15:10 WIB
Barista Mogok, 170 Gerai Starbucks Ditutup di AS (Foto: Dok MI)
Barista Mogok, 170 Gerai Starbucks Ditutup di AS (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Serikat pekerja barista Starbucks Corp melancarkan aksi mogok besar-besaran yang menyebabkan sekitar 170 kafe tutup, mengganggu layanan di sejumlah lokasi di seluruh Amerika Serikat pada saat-saat krusial menjelang akhir musim belanja liburan. 

Serikat pekerja memperkirakan bahwa jumlah toko yang terdampak bisa mencapai 300, meski belum dapat dipastikan apakah target tersebut akan tercapai hingga malam Natal. Lebih dari 5.000 pekerja dari kota-kota besar seperti Boston, New York, dan Philadelphia siap bergabung dalam aksi mogok pada hari Selasa (24/12/2024), menurut keterangan resmi dari Starbucks Workers United.

Beberapa pejabat terpilih, termasuk Wali Kota Pittsburgh, Ed Gainey, juga bergabung dengan barista yang mogok dalam aksi unjuk rasa pada beberapa hari sebelumnya, dengan serikat pekerja meminta dukungan lebih lanjut pada hari terakhir aksi mereka.

Pemogokan dimulai pada 20 Desember di beberapa lokasi di Chicago, Los Angeles, dan Seattle, dan meningkat dalam beberapa hari berikutnya.

“Sekitar 170 toko Starbucks memang tidak buka seperti yang direncanakan,” kata perusahaan tersebut pada Selasa pagi, namun 98% dari lebih 10.000 toko yang dikelola perusahaan tetap buka.

Menurut pernyataan dari serikat pekerja, barista yang terlibat dalam aksi mogok dijadwalkan untuk kembali bekerja pada Rabu (25/12/2024) atau Kamis, dan siap melanjutkan negosiasi dengan manajemen.

Starbucks Workers United sengaja merencanakan aksi mogok ini menjelang Natal — waktu yang sangat penting bagi Starbucks, mengingat lonjakan pembeli yang menikmati latte setelah berbelanja. Selain minuman, Starbucks juga mencatat penjualan besar kartu hadiah selama akhir tahun, menjadikannya salah satu periode paling sibuk dalam setahun.

Adapun pemogokan ini dipicu oleh kebuntuan dalam negosiasi tahap akhir antara serikat pekerja dan manajemen perusahaan. Menurut serikat pekerja yang mewakili karyawan di lebih dari 500 toko, Starbucks menawarkan paket yang tidak mencakup kenaikan gaji langsung bagi anggotanya.

Konflik antara karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja dan manajemen Starbucks telah berlangsung sejak Desember 2021, ketika toko pertama kali mengorganisir untuk memperjuangkan gaji, jam kerja, dan jadwal yang lebih baik.

Sebelumnya, Starbucks mengklaim bahwa serikat pekerja "mengakhiri" sesi negosiasi dengan terburu-buru dan mendesak agar pembicaraan dilanjutkan. Perusahaan ini juga menegaskan bahwa mereka fokus untuk meningkatkan pengalaman pekerja, dengan barista yang bekerja setidaknya 20 jam seminggu menerima rata-rata gaji US$30 per jam, termasuk gaji dan tunjangan.

CEO Starbucks, Brian Niccol, yang menjabat sejak September, berjanji untuk bernegosiasi dengan serikat pekerja dengan itikad baik. Mantan eksekutif Chipotle Mexican Grill Inc dan Taco Bell ini dipekerjakan untuk membalikkan penurunan penjualan. Sejak ia menjabat pada 9 September, saham perusahaan turun sekitar 3%, sementara S&P 500 mencatatkan kenaikan sebesar 10%.

Topik:

starbucks mogok-pekerja barista-starbucks amerika-serikat