Mengenal Robert Prevost, Paus Leo XIV yang Baru Terpilih

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 9 Mei 2025 08:57 WIB
Paus Terpilih Robert Prevost (Foto: Reuters)
Paus Terpilih Robert Prevost (Foto: Reuters)

Jakarta, MI - Sebelum namanya diumumkan dari balkon Basilika Santo Petrus, sorakan penuh semangat menggema dari kerumunan umat yang berkumpul di Piazza San Pietro, meneriakkan "Viva il Papa!" ("Hidup Paus!").

Robert Prevost, kini berusia 69 tahun, resmi terpilih sebagai Paus ke-267 dan akan dikenal sebagai Leo XIV. Ia menjadi Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat, sebuah pencapaian bersejarah. Jumat (9/5/2025).

Meskipun lahir di Amerika Serikat, Prevost lebih dikenal sebagai kardinal dari Amerika Latin karena bertahun-tahun ia habiskan sebagai misionaris di Peru, sebelum menjadi uskup agung di sana.

Anak dari Keluarga Imigran di Chicago

"Saya lahir di Amerika Serikat, tetapi kakek-nenek saya semuanya imigran, Prancis, Spanyol (...) Saya tumbuh dalam keluarga yang sangat Katolik, kedua orang tua saya sangat berkomitmen pada paroki," kata Prevost dalam sebuah wawancara dengan radio dan televisi Italia.

Prevost lahir di Chicago pada tahun 1955, anak dari ibu berdarah Spanyol dan ayah Amerika. Ia tumbuh di kota tersebut bersama dua saudaranya, Louis Martín dan John Joseph.

Ia menghabiskan masa kecil dan remajanya sebagai mahasiswa di Seminari Menengah Agustinus di kota kelahirannya. 

Kemudian, Prevost melanjutkan pendidikan di Universitas Villanova di Pennsylvania, tempat ia mengenyam pendidikan dan meraih gelar di bidang Matematika.

Pada usia 22 tahun, ia menjalani masa persiapan bagi calon anggota Ordo Santo Agustinus di Kota Saint Louis dan lulus dalam bidang Teologi. 

Ia kemudian dikirim ke Roma, tempat ia belajar Hukum Kanon. Ia ditahbiskan sebagai pastor pada 1982.

Pada tahun 1987, ia memperoleh gelar S3 dan pada tahun yang sama terpilih sebagai direktur misi untuk Ordo Agustinus di Illinois, Amerika Serikat.

Pastor Mark Francis, seorang teman Prevost sejak tahun 1970-an, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Prevost memiliki komitmen khusus terhadap keadilan sosial.

"Ia selalu baik dan hangat, dan ia tetap menyuarakan akal sehat dan kepedulian praktis terhadap pekerjaan Gereja untuk kaum miskin," kata Francis, yang menghadiri seminari bersama Prevost dan kemudian bertemu dengannya saat mereka tinggal di Roma pada 2000-an.

"Ia memiliki selera humor yang sarkastis, tetapi ia tidak mencari perhatian," ujar Francis.

Masa Tugas di Peru

Hanya setahun setelah diangkat di Illinois, Prevost dipindahtugaskan ke misi Trujillo di Peru, di mana ia menjabat sebagai direktur proyek pembinaan bagi calon anggota Ordo Agustinus di Vikariat Chulucanas, Iquitos, dan Apurímac.

Saat pindah ke Peru, Prevost berusia 33 tahun. Beberapa tahun kemudian, ia mendapat kewarganegaraan Peru dan kini dikenang sebagai tokoh yang bekerja dengan komunitas terpinggirkan untuk membantu membangun jembatan di gereja setempat.

Jesús León Ángeles, koordinator kelompok Katolik di Chiclayo yang telah mengenal Prevost sejak 2018, menyampaikan bahwa Prevost adalah orang yang "sangat sederhana" yang berusaha keras untuk membantu orang lain.

León Ángeles menekankan bahwa Prevost menunjukkan perhatian khusus terhadap para migran Venezuela di Peru.

Selama bertahun-tahun di Peru, ia menjabat sebagai pastor paroki, guru seminari, prefek studi, hakim gerejawi, dan anggota dewan penasihat Keuskupan Trujillo, selain memimpin seminari Ordo Agustinus di kota itu selama satu dekade.

Namun ia kembali secara berkala ke AS untuk bertugas sebagai pastor dan prior di kota asalnya.

Relasi dengan Paus Fransiskus

Dalam kata-kata pertamanya sebagai Paus, Leo XIV memberikan pujian kepada pendahulunya, Paus Fransiskus.

"Kita masih mendengar di telinga kita suara Paus Fransiskus yang lemah tetapi selalu berani, yang memberkati kita," ungkapnya.

"Bersatu dan bergandengan tangan dengan Tuhan, mari kita maju bersama," ujarnya kepada khalayak yang berkumpul di Alun-alun Santro Petrus.

Ia berkata kepada khalayak bahwa dia adalah anggota Ordo Santo Agustinus. Dia berusia 30 tahun ketika pindah ke Peru sebagai bagian dari misi Santo Agustinus atau yang juga dikenal dengan Ordo Agustinian.

Mendiang Fransiskus mengangkat Prevost sebagai Uskup Chiclayo di Peru setahun setelah menjadi Paus.

Prevost dikenal baik oleh para kardinal karena perannya sebagai prefek Dikasteri untuk Uskup di Amerika Latin yang memiliki tugas penting untuk memilih dan mengawasi para uskup.

Pada Januari 2023, Fransiskus mengangkatnya sebagai Uskup Agung, dan beberapa bulan kemudian, ia diangkat menjadi Kardinal.

Mengingat bahwa 80% kardinal yang ditunjuk dalam konklaf ditunjuk oleh Fransiskus, tidak mengherankan jika seorang seperti Prevost terpilih, meskipun ia baru saja ditunjuk menjadi kardinal dua tahun lalu.

Bagaimana Pandangan Paus Leo?

Paus Leo XIV diyakini akan dikenal sebagai sosok yang mendukung kelanjutan reformasi yang telah dimulai oleh Fransiskus di Gereja Katolik.

Prevost diyakini memiliki pandangan yang serupa dengan Fransiskus mengenai isu-isu terkait migran, kemiskinan, dan lingkungan.

Sebagai kardinal, ia juga tidak ragu menantang pandangan Wakil Presiden AS, JD Vance.

Ia mengunggah ulang unggahan di platform media sosial X yang mengkritik deportasi seorang warga AS ke El Salvador oleh pemerintahan Trump, dan membagikan komentar kritis secara tertulis tentang wawancara TV Fox News dengan JD Vance.

"JD Vance salah: Yesus tidak meminta kita untuk memberikan peringkat terhadap kasih kita kepada orang lain," tulis unggahan tersebut, mengulang judul dari komentar di situs web National Catholic Reporter.

Meskipun ia orang Amerika, dan akan sepenuhnya menyadari perpecahan dalam Gereja Katolik, latar belakang Amerika Latinnya juga menunjukkan keberlanjutan mengingat Paus sebelumnya berasal dari Argentina.

Vatikan menggambarkannya sebagai paus kedua dari Amerika, setelah Paus Fransiskus serta paus dari Ordo Agustinian pertama.

Selama di Peru, ia tidak terhindar dari bayang-bayang skandal pelecehan seksual yang mencoreng reputasi Gereja. Namun, keuskupannya dengan tegas membantah keterlibatannya dalam upaya menutup-nutupi skandal apapun.

Menjelang konklaf, juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, menyampaikan bahwa dalam pertemuan Dewan Kardinal beberapa hari sebelum konklaf, mereka menekankan pentingnya seorang paus dengan "semangat kenabian yang mampu memimpin Gereja yang tidak menutup diri tetapi tahu bagaimana membawa terang bagi dunia yang dirundung keputusasaan".

Topik:

paus robert-prevost paus-leo-xiv katolik amerika-serikat