Perang Dagang Mereda: AS-China Sepakat Pangkas Tarif Impor


Jakarta, MI - Amerika Serikat (AS) dan China telah mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif impor atas barang dari masing-masing negara untuk sementara waktu.
Kesepakatan yang tercapai melalui negosiasi di Jenewa, Swiss ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dalam perang dagang yang sempat memanas dalam beberapa bulan terakhir.
Tarif impor AS terhadap barang-barang China yang semula mencapai 145% kini akan turun signifikan menjadi 30%, penurunan ini termasuk untuk barang-barang fentanyl.
Lebih lanjut, China juga akan mengurangi tarif impor terhadap barang-barang AS dari 125% menjadi 10%. Kesepakatan kedua negara berlaku mulai Rabu (14/5/2025).
"Kami sepakat bahwa tidak ada pihak yang ingin memisahkan diri. Para pihak akan membentuk mekanisme untuk melanjutkan diskusi tentang hubungan ekonomi dan perdagangan," tutur Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dikutip Senin (12/5/2025).
Pemerintah AS dan China sebelumnya telah memberi sinyal positif perihal hasil perundingan dagang antar kedua negara yang telah berlangsung selama dua hari di Jenewa, Swiss pada 10—11 Mei 2025.
Melansir Reuters, Senin (12/5/2025), pejabat AS mengklaim telah tercapai "kesepakatan" untuk mengurangi defisit perdagangan antara AS dengan China.
Sementara pejabat China menyebut, kedua belah pihak telah mencapai "konsensus penting" dan sepakat menggelar forum dialog ekonomi baru lainnya.
Meski perundingan telah berakhir pada Minggu (11/5/2025) waktu setempat, kedua negara belum membeberkan secara rinci isi dari kesepakatan yang dicapai.
Namun, Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, menyampaikan bahwa pernyataan bersama antara AS dan China akan diumumkan di Jenewa pada Senin (12/5/2025).
Bahkan, Wakil Menteri Perdagangan China Li Chenggang menyatakan pernyataan bersama itu akan berisi "kabar baik bagi dunia."
Sedangkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengungkapkan detail pernyataan tersebut akan berisi "kemajuan substansial".
Greer menggambarkan hasil pertemuan sebagai langkah besar yang dapat membantu memangkas defisit perdagangan barang AS hingga US$1,2 triliun.
"Penting untuk memahami seberapa cepat kami dapat mencapai kesepakatan, yang mencerminkan bahwa mungkin perbedaannya tidak sebesar yang tampaknya diperkirakan," ujarnya.
Ia memuji He Lifeng, Li Chenggang dan Wakil Menteri Keuangan Liao Min sebagai "negosiator tangguh".
Saat berbicara kepada wartawan di kantor perwakilan Chuna di WTO, He menggambarkan perundingan berjalan secara blak-blakan, mendalam, dan konstruktif.
"Pertemuan tersebut mencapai kemajuan substansial dan mencapai konsensus penting," ujar He Lifeng.
Pembentukan Mekanisme Konsultasi Baru
Salah satu poin penting yang telah disepakati dalam perundingan adalah pembentukan mekanisme konsultasi baru antara AS dan China yang berfokus pada isu-isu perdagangan dan ekonomi.
Menurut He Lifeng, rincian mengenai platform konsultasi tersebut akan dirampungkan dalam waktu dekat.
Sebelumnya, China dan AS telah membentuk banyak badan konsultasi untuk mencoba menyelesaikan perbedaan perdagangan dan ekonomi dalam beberapa dekade terakhir.
Salah satu contohnya adalah Kelompok Kerja Ekonomi yang didirikan pada 2023 oleh mantan Menteri Keuangan AS di era Presiden Joe Biden, Janet Yellen, bersama Wakil Perdana Menteri Chuna He.
Badan ini telah menggelar banyak forum untuk menyuarakan keluhan bilateral antar kedua negara, tetapi tidak banyak membantu membantu tujuan jangka panjang AS yang untuk mengubah model ekonomi China yang masih didominasi negara dan masih berorientasi ekspor.
Topik:
tarif-impor amerika-serikat china negosiasi-as-dan-chinaBerita Sebelumnya
Dampak Tarif AS: Pasar Tenaga Kerja Global Tersendat
Berita Selanjutnya
Bakal Tambah Tarif, Trump: Uni Eropa Lebih Nakal daripada China
Berita Terkait

Rosan Sebut Dua Raksasa China Lirik Investasi Proyek Giant Sea Wall
10 September 2025 09:50 WIB

Airlangga Tawarkan Proyek Giant Sea Wall Rp1.750 Triliun ke China hingga Eropa
5 September 2025 16:37 WIB