Iran Tangkap 700 Terduga Mata-Mata Israel, Tiga Dieksekusi Mati

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 26 Juni 2025 08:26 WIB
Ilustrasi Penangkapan (Foto: Ist)
Ilustrasi Penangkapan (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Pemerintah Iran mengklaim telah menangkap lebih dari 700 orang yang diduga menjadi mata-mata Israel sejak 13 Juni 2025.

Langkah ini diambil oleh aparat intelijen dan keamanan Iran menyusul meningkatnya ketegangan militer antara Teheran dan Tel Aviv dalam beberapa pekan terakhir.

Menurut laporan kantor berita Fars, dari ratusan orang yang diamankan, tiga di antaranya telah dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi atas tuduhan spionase untuk agen intelijen Israel, Mossad.

Operasi penangkapan berlangsung di sejumlah wilayah yang dianggap memiliki nilai strategis, seperti Kermanshah, Isfahan, Khuzestan, Fars, dan Lorestan.

Dalam laporan resmi, disebutkan bahwa ketiga orang yang dieksekusi diduga berupaya menyelundupkan perangkat keras ke Iran dengan menyamarkannya sebagai pengiriman minuman beralkohol.

Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk melakukan aksi sabotase dan teror di wilayah dalam negeri Iran. Mereka dieksekusi pada Rabu (25/6/2025) di Penjara Urmia, provinsi Azerbaijan Barat.

Laporan mengenai eksekusi dan penangkapan besar-besaran ini muncul di tengah memanasnya situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah.

Puncak ketegangan terjadi pada 13 Juni, saat Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap sejumlah fasilitas milik Iran. Serangan tersebut dilatarbelakangi oleh tuduhan bahwa Iran tengah mengembangkan program nuklir militer secara diam-diam, klaim yang secara konsisten dibantah oleh pihak Teheran.

Sebagai bentuk pembalasan, Iran melancarkan serangan balasan yang dinamakan Operasi True Promise III. Serangan itu menyasar berbagai target militer strategis di wilayah Israel. Aksi saling serang ini membuat konflik regional semakin panas dan menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya perang skala penuh.

Situasi makin kompleks setelah Amerika Serikat ikut campur. Pada 22 Juni, AS menyerang tiga situs nuklir utama Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan.

Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Iran harus segera menyetujui penghentian perang atau akan menghadapi “konsekuensi yang jauh lebih serius”.

Iran pun menanggapi ancaman tersebut dengan meluncurkan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar. Meski serangan ini tampak simbolik karena sebagian besar rudal berhasil dicegat, langkah itu menunjukkan keteguhan Iran dalam menanggapi tekanan dari pihak luar. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

Menyusul rangkaian eskalasi tersebut, Presiden Trump pada Senin malam mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah mencapai kesepakatan awal untuk melakukan gencatan senjata.

Pernyataan ini dikonfirmasi keesokan harinya, Selasa (24/6/2025), saat Trump menyatakan bahwa gencatan senjata antara kedua negara telah resmi diberlakukan.

Meski demikian, situasi di lapangan masih penuh ketegangan. Penangkapan massal terhadap tersangka mata-mata Israel menambah ketidakpastian mengenai stabilitas dalam negeri Iran, yang kini juga diwarnai isu keamanan internal.

Belum dapat dipastikan apakah gelombang penangkapan ini akan meredakan ketegangan atau justru menjadi pemicu eskalasi baru dalam konflik yang telah berlangsung lama di kawasan.

Pemerintah Iran menyatakan bahwa langkah tegas terhadap agen intelijen asing merupakan bagian dari upaya menjaga kedaulatan dan keamanan nasional.

Meski demikian, pengamat internasional khawatir bahwa situasi ini bisa memicu gelombang pembalasan baru dari pihak lawan dan memperpanjang instabilitas di Timur Tengah.

Topik:

iran mata-mata-israel eksekusi