BNPT Tanggapi Serius Pernyataan Jokowi soal Penceramah Radikal

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 6 Maret 2022 18:11 WIB
Monitorindonesia.com - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid menyatakan bahwa pernyataan Presiden Jokowi Widodo terkait penceramah radikal merupakan peringatan kuat untuk meningkatkan kewaspadaan nasional. Menurutnya, pernyataan Presiden Jokowi pada Rapat Pimpinan TNI-Polri, di Mabes TNI, Jakarta, Selasa (1/3/2022) harus ditanggapi serius oleh seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan masyarakat pada umumnya tentang bahaya radikalisme. Ahmad Nurwakhid menuturkan, sejak awal BNPT sudah menegaskan bahwa persoalan radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini, karena sejatinya radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme. Menurutnya, bagi BNPT, radikalisme merupakan sebuah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama. BNPT mencatat beberapa indikator  untuk mengetahui penceramah radikal, dilihat dari isi materi yang disampaikan, bukan tampilan penceramah. Setidaknya, menurut Nurwakhid, ada lima indikator. Pertama, mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan pro ideologi khilafah transnasional. Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama. Ketiga, menanamkan sikap antipemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, ujaran kebencian (hate speech), dan sebaran hoaks. Keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas). Kelima, biasanya memiliki pandangan antibudaya ataupun antikearifaan lokal keagamaan. “Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada tampilan, tetapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan, dan keragaman,” kata Nurwakhid, ditulis pada Minggu (6/3/2022). BNPT juga mengungkap strategi kelompok radikalisme memang bertujuan untuk menghancurkan Indonesia melalui berbagai strategi yang menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat. “Ada tiga strategi yang dilakukan oleh kelompok radikalisme. Pertama, mengaburkan, menghilang bahkan menyesatkan sejarah bangsa. Kedua, menghancurkan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Ketiga, mengadu domba di antara anak bangsa dengan pandangan intoleransi dan isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan),” jelasnya. Strategi ini dilakukan dengan mempolitisasi agama yang digunakan untuk membenturkan agama dengan nasionalisme dan agama dengan kebudayaan luhur bangsa. Proses penanamannya dilakukan secara masif di berbagai sektor kehidupan masyarakat, termasuk melalui penceramah radikal tersebut. “Inilah yang harus menjadi kewaspadaan kita bersama dan sejak awal untuk memutus penyebaran infiltrasi radikalisme ini salah satunya adalah jangan asal pilih undang penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi keagamaan masyarakat,” lanjutnya. Sementara itu, Dosen UIN Banten Ali Muchtarom menambahkan terkait materi penceramah radikal. Ia mengungkapkan masyararakat dan juga TNI-Polri perlu juga mewaspadai tema ceramah yang menyampaikan tema "al-wala' wal-bara'" atau konsep "mencintai dan membenci" yaitu semangat mencintai kelompok sealiran dan dan membenci kelompok lain yang berbeda keyakinan. Menurut Ali Muchtarom, doktrin al-wara' wal-bara' akan mempengaruhi pemikiran keagamaan menjadi pemahaman radikalisme. Sebelumnya, masalah penceramah radikal ini disampaikan Jokowi dalam acara Rapat Pimpinan TNI - Polri di Mabes TNI, Jakarta, Selasa, 1 Maret. Di sana, Jokowi khawatir istri TNI - Polri sembarangan memanggil penceramah, bisa-bisa yang diundang adalah penceramah radikal. "Ini mikronya harus kita urus juga. Tau-tau mengundang penceramah radikal. Nah, hati- hati. Hal-hal kecil ini harus diatur. Saya melihat di WA grup, karena di kalangan sendiri, oh boleh. Hati-hati, kalau seperti itu dibolehkan dan diterus-teruskan, hati-hati," katanya. (Aswan)
Berita Terkait