Kejagung Tersangkakan RBS/RBT Pasca Cukup Bukti Korupsi Timah Rp 300 Triliun

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 4 Juni 2024 12:33 WIB
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Ketut Sumedana (Foto: Dok MI/Kejagung)
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Ketut Sumedana (Foto: Dok MI/Kejagung)

Jakarta, MI - Kejaksaan Agung (Kejagung) akan menetapkan RBS/RBT sebagai tersangka setelah cukup alat dan barang bukti kasus dugaankorupsi penambangan timah ilegal di lokasi izin usaha pertambangan (IUP) PT Timah Tbk 2015-2022.

Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Ketut Semdana menyebut pihaknya sampai saat ini belum menemukan alat bukti yang dapat menguatkan bahwa RBS/RBT terlibat dalam kasus korupsi timah.

“Penetapan tersangka itu harus ada alat bukti. Kalau bertanya kapan, ya, kan belum, belum ditetapkan. Harus ada bukti dulu. Penetapan tersangka itu tidak bisa sembarangan,” kata Ketut, Selasa (4/6/2024).

Ketut menyampaikan tidak ada alasan bagi Kejagung untuk tidak menetapkan sosok RBS/RBT untuk jadi tersangka jika alat bukti tersebut telah didapatkan.

“Kalau sudah ada alat bukti yang cukup, saya kira tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menetapkan (tersangka). Patokan bagi kejaksaan itu alat bukti. Sejauh ini saya belum dapat informasi dari penyidik (soal alat bukti),” tambahnya.

Ketut pun juga belum bisa mengungkapkan apakah akan ada tersangka baru dalam kasus korupsi timah yang diperkirakan telah merugikannegara senilai Rp 300 triliun.

“Saya tidak tahu. Saya tidak bisa jawab (apakah akan ada tersangka baru). Yang jelas Pak Jaksa Agung sudang ngomong satu atau dua minggu ke depan ada proses persidangan dan dilimpahkan. Dari 22 tersangka mungkin 6 perkara sudah dilimpahkan dua minggu ke depan,” tandasnya.

Jampidsus bakal diseret ke praperadilan jika tak jerat RBS/RBT
Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) mendesak Kejagung segera menetapkan inisial RBS sebagai tersangka dalam penyidikan kasus ini.

Koordinator MAKI Boyamin Saiman menegaskan akan menyeret Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) ke praperadilan jika penyidikan korupsi yang sudah diumumkan merugikan negara Rp 300 triliun tersebut tak mampu mendakwa RBS.

Boyamin mengatakan, RBS adalah pihak yang paling besar menerima hasil korupsi penambangan timah ilegal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebut. 

“MAKI pasti akan gugat praperadilan lawan Kejaksaan Agung apabila penyidikannya di Jampidsus tidak menyasar kepada pemilik keuntungan paling besar dalam kasus dugana tindak pidana korupsi tata niaga timah ini. Yaitu, inisial RBS,” kata Boyamin dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (3/6/2024).

MAKI, kata Boyamin menunggu sampai tengah bulan ini, untuk memberi kesempatan Jampidsus-Kejagung dalam mengumumkan RBS sebagai tersangka. “MAKI akan selalu menggugat aparat penegak hukum yang lemot dan tidak tuntas dalam menangani korupsi. Dan paling lambat pertangahan Juni 2024, MAKI akan mendaftarkan praperadilan terkait RBS ini ke pengadilan,” ujar Boyamin.

MAKI pernah mengungkapkan inisial RBS terkait pengusutan korupsi timah yang hingga kini dalam penyidikan di Jampidsus-Kejagung. RBS, dikatakan Boyamin adalah bos dari tersangka Harvey Moeis (HM) dan Helena Lim (HLM) yang menyuruhlakukan agar melakukan manipulasi hasil uang korupsi penambangan timah ke jalur dana sosial masyarakat atau CSR.

Menurut MAKI, kata Boyamin, RBS merupakan pihak yang mendirikan dan mendanai perusahaan-perusahaan yang digunakan untuk melakukan korupsi penambangan timah. 

“RBS adalah terduga official benefit atau penikmat utama keuntungan, dan pemilik sesungguhnya dari perusahaan-perusahana pelaku penambangan timah ilegal. Sehinga semestinya RBS dijerat dengan ketentuan tindak pidana pencucian uang (TPPU) guna merampas seluruh hartanya untuk pengembalian kerugian negara,” jelas Boyamin belum lama ini.

RBS, pada Maret 2024 lalu, sudah pernah diperiksa dua kali oleh penyidik Jampidsus-Kejagung. Akan tetapi, status hukum RBS dalam kasus ini masih sebagai saksi.

Dari dua kali pemeriksaan tersebut, RBS menolak menanggapi pertanyaan media perihal tuduhan MAKI soal perannya sebagai pemilik manfaat, sekaligus penerima keuntungan dari aktivitas perusahaan-perusahaan yang melakukan penambangan timah ilegal di lokasi IUP PT Timah Tbk. “Maaf, saya nggak mau komentar. Maaf,” kata RBS.

Sementara pengusutan korupsi timah oleh tim penyidikan Jampidsus hingga kini sudah menetapkan 22 orang sebagai tersangka. Tersangka terakhir yang diumumkan, pada Rabu (29/5/2024) adalah Bambang Gatot Ariyanto (BGA) yang dijebloskan ke sel tahanan atas perannya selaku mantan Dirjen Minerba Kemen ESDM. Dari total 22 tersangka yang sudah dijerat sementara ini, sebanyak enam di antaranya juga berstatus tersangka TPPU

Beberapa tersangka yang dijerat sangkaan korupsi, dan TPPU tersebut di antaranya, tersangka Harvey Moeis selaku perwakilan dari kepemilikan PT Rafined Bangka Tin (RBT), dan tersangka Helena Lim (HLM) selaku manager marketing PT Quantum Skyline Exchange (QSE). Lainnya adalah Suwito Gunawan (SG) yang ditetapkan tersangka selaku Komisaris PT Stanindo Inti Perkasa (SIP), tersangka Tamron (TN) alias Aon selaku benefit official dari CV Venus Inti Perkasa (VIP). Dan tersangka Suparta (SP) Dirut PT RBT. 

Sebelumnya Kejagung menyebut berdasarkan hasil perhitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) nilai kerugian keuangan negara dalam kasus ini cukup fantastis yakni mencapai Rp 300 triliun.

Rincian dari total kerugian negara itu yakni kelebihan bayar harga sewa smelter oleh PT Timah sebesar Rp 2,85 triliun, pembayaran biji timah ilegal oleh PT Timah kepada mitra dengan sebesar Rp 26,649 triliun dan nilai kerusakan ekologis sebesar Rp 271,6 triliun.