Singgung Sebab Pemecatannya, Said Didu: Proyek DME Batu Bara Penuh Bancakan, Ada Penumpang Gelap!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 17 Maret 2025 10:57 WIB
Said Didu (Foto: Dok MI/Net/Ist)
Said Didu (Foto: Dok MI/Net/Ist)

Jakarta, MI - Mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu, blak-blakan soal proyek Dimethyl Ether (DME) Batu Bara yang dijalankan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA). 

Menurut Said, proyek tersebut penuh dengan praktik tidak sehat dan berisiko tinggi. Bahkan, menjadi salah satu alasan pemberhentian dirinya sebagai Komisaris di PTBA.

"Proyek ini jadi salah satu penyebab saya diberhentikan sebagai Komisaris di PTBA. Seru kalau dibuka ke publik," kata Said Didu melalui cuitannya di X @msaid_didu dikutip Monitorindonesia.com, Senin (17/3/2025). 

Proyek DME Batu Bara ini, dugaan Said, sarat dengan praktik kolusi yang membuat proyek tersebut sulit layak secara ekonomi dan berpotensi membangkrutkan BUMN. "Proyek ini penuh bancakan sehingga sulit layak dan BUMN bisa bangkrut," tuturnya. 

Kata dia, ada penumpang gelap dalam proyek ini yang terkait dengan pusat kekuasaan. Hal ini semakin memperparah kondisi proyek yang seharusnya bisa memberikan manfaat bagi negara. "Penumpang gelapnya dulu terkait dengan pusat kekuasaan," tandasnya. 

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menyatakan bahwa proyek hilirisasi batu bara melalui gasifikasi menjadi DME sebagai pengganti liquefied petroleum gas (LPG) akan diprioritaskan untuk dikerjakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 

Namun, jika BUMN memiliki keterbatasan, kemungkinan akan dibentuk joint venture antara BUMN dan swasta. “Ini kan prioritas kita berikan kepada BUMN. Akan tetapi, kalau BUMN itu ada keterbatasan, ya mungkin kita dorong akan ada joint venture antara BUMN dan badan usaha (swasta),” kata Yuliot di Kementerian ESDM, Jumat (14/3/2025).  

Yuliot menekankan pentingnya komitmen awal yang kuat dalam proyek ini agar tidak terulang kegagalan seperti yang terjadi pada kerja sama antara PTBA dan investor asal Amerika Serikat (AS), Air Products & Chemicals, Inc (APCI).  

“Kami memastikan di awal. Jadi, kalau Air Products kemarin itu kan juga agak lama karena mereka minta ada jaminan penjualan pasokan. Pada saat mereka minta keputusan, kita agak terlambat. Jadi, kita tidak mau kehilangan momen,” jelasnya.  

Proyek gasifikasi batu bara menjadi DME akan menggunakan transfer teknologi dari Asia, AS, hingga Eropa. Pemerintah berencana memilih teknologi yang paling efisien untuk memastikan keberhasilan proyek ini.  

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya mengonfirmasi bahwa proyek DME tidak hanya akan dibangun di Sumatra Selatan, tetapi juga di Kalimantan. 

Rencana ini telah dibahas dengan Presiden Prabowo Subianto dalam rapat terbatas sebagai tindak lanjut dari pembahasan hilirisasi tahap pertama yang akan dibiayai oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).  

“Kita juga akan langsung melakukan pembangunan DME sebagai substitusi dari (impor) LPG. Ini akan kita lakukan di samping hilirisasi sektor perikanan, perhutanan, dan perkebunan,” katanya di Istana Negara.

Proyek gasifikasi batu bara menjadi DME sebenarnya telah dirintis sejak era Presiden Joko Widodo, dengan PT Bukit Asam sebagai pelaksana utama dan dukungan investasi dari APCI. 

Proyek ini direncanakan berlangsung selama 20 tahun di wilayah Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) yang terletak di mulut tambang batu bara Tanjung Enim, Sumatra Selatan.  BACBIE akan berada di lokasi yang sama dengan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.  

Dengan investasi dari APCI, proyek ini diharapkan mampu menghasilkan sekitar 1,4 juta ton DME per tahun dengan memanfaatkan 6 juta ton batu bara per tahun. 

Hanya saja, pada pertengahan 2023, APCI memutuskan untuk menarik diri dari proyek ini dan fokus pada pengembangan proyek hidrogen biru di AS. Keputusan ini membuat nasib proyek gasifikasi batu bara menjadi DME tidak jelas hingga saat ini.  

Proyek gasifikasi batu bara menjadi DME milik PTBA diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Januari 2022. Proyek DME batubara menjadi proyek terbesar RI, investasi tembus Rp180,36 Triliun. DME diharapkan dapat menjadi pengganti LPG sebagai bahan bakar rumah tangga. 

Topik:

Said Didu BUMN Dimethyl Ether PT Bukit Asam