Mantan PM Israel: Putin Berjanji Tidak akan Bunuh Zelenskyy

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 5 Februari 2023 18:48 WIB
Jakarta, MI - Mantan perdana menteri Israel Naftali Bennett, yang sempat bertugas sebagai mediator pada awal perang Rusia dengan Ukraina, menyebut bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sudah berjanji tidak akan membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Bennett menjadi perantara yang tidak terduga dalam minggu-minggu pertama perang, menjadi salah satu dari sedikit pemimpin Barat yang bertemu dengan Putin selama perang dalam perjalanan singkat ke Moskow Maret lalu. Sementara upaya mediasi Bennett tampaknya tidak banyak membantu untuk mengakhiri pertumpahan darah yang berlanjut hingga hari ini, pernyataannya, dalam sebuah wawancara yang diposting online Sabtu malam (4/2), menjelaskan diplomasi ruang belakang dan upaya mendesak yang sedang dilakukan untuk mencoba membawa perdamaian. Dalam wawancara lima jam, yang menyentuh banyak topik lain, Bennett mengatakan dia bertanya kepada Putin tentang apakah dia bermaksud membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. “Saya bertanya 'ada apa dengan ini? Apakah Anda berencana untuk membunuh Zelenskyy?’ Dia berkata, ‘Saya tidak akan membunuh Zelenskyy’. Saya kemudian berkata kepadanya, 'Saya harus mengerti bahwa Anda memberi saya kata-kata Anda bahwa Anda tidak akan membunuh Zelenskyy'. Dia berkata 'Saya tidak akan membunuh Zelenskyy'," katanya seperti dikutip dari Channelnewsasia, Minggu (5/2). Bennett mengatakan dia kemudian menelepon Zelenskyy untuk memberi tahu dia tentang janji Putin. "'Dengar, aku keluar dari rapat, dia tidak akan membunuhmu.' Dia bertanya, 'apakah kamu yakin?' Aku berkata '100 persen dia tidak akan membunuhmu'," ungkapnya. Bennett mengatakan bahwa selama mediasinya, Putin membatalkan sumpahnya untuk mengusahakan perlucutan senjata Ukraina dan Zelenskyy berjanji untuk tidak bergabung dengan NATO. Bennett, seorang pemimpin yang tidak berpengalaman, yang baru enam bulan menjadi sebagai perdana menteri ketika perang pecah, secara tak terduga mendorong dirinya ke dalam diplomasi internasional setelah dia menempatkan Israel di jalan tengah yang canggung antara Rusia dan Ukraina. Israel memandang hubungan baiknya dengan Kremlin sebagai hal yang strategis dalam menghadapi ancaman dari Iran, tetapi Israel bersekutu dengan negara-negara Barat dan juga berusaha menunjukkan dukungan untuk Ukraina. Seorang Yahudi yang taat dan kurang dikenal secara internasional, dia terbang ke Moskow untuk pertemuannya dengan Putin pada hari Sabat Yahudi, melanggar komitmen agamanya dan menempatkan dirinya di garis depan upaya global untuk menghentikan perang. Tetapi upaya perdamaiannya tampaknya tidak berhasil dan masa kekuasaannya berumur pendek. Pemerintah Bennett, sebuah persatuan ideologis yang mengirim Perdana Menteri saat ini Benjamin Netanyahu ke pengasingan politik singkat, runtuh pada musim panas karena pertikaian. Bennett menjauh dari politik dan sekarang menjadi warga negara biasa.