Dosen UGM : Kambing Perah Berpotensi Penuhi Kebutuhan Susu Nasional


Yogyakarta, MI - Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Yustina Yuni Suranindyah menuturkan kambing perah dapat menjadi salah satu alternatif penghasil susu di Indonesia selain sapi perah, bahkan berpotensi memenuhi kebutuhan susu nasional yang mencapai 4,4 juta ton atau 11 ton per hari.
"Ukuran tubuh yang kecil, cepat dewasa, waktu buntingnya pendek serta prolifik (dapat beranak lebih dari dua ekor) menjadikan kambing cepat berkembang biak dan tidak membutuhkan modal yang besar," ucapnya di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Selasa (16/1).
Yustina menyebutkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi susu nasional baru mencapai 968.980 ton pada 2022 yang dihasilkan oleh 569,43 ribu ekor sapi padahal kebutuhan susu nasional mencapai 4,4 juta ton.
"Kondisi tersebut menunjukkan produksi susu sapi perah belum dapat mencukupi kebutuhan susu nasional," terangnya.
Dengan laju pertumbuhan penduduk disertai meningkatnya daya beli dan minat konsumsi susu kambing, menurut Yustina, produksi susu kambing memiliki potensi besar sebagai tumpuan pendapatan peternak.
Oleh karena itu, ternak ruminansia kecil terutama kambing perah, memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.
Dia menyebutkan jenis kambing yang paling dominan di Indonesia pada awalnya adalah kambing kacang dan kambing etawa.
Kambing etawa berasal dari India yang diimpor oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan tujuan menghasilkan susu bagi orang-orang Belanda sekitar tahun 1925.
Seiring dengan perjalanan waktu terjadi perkawinan silang antara etawa dengan kambing lokal yang menghasilkan kambing peranakan etawa (PE).
Dari aspek genetik, Yustina menuturkan kambing PE memiliki potensi tinggi sebagai penghasil susu dengan produksi susu mencapai 0,96 sampai 1,34 liter per hari selama lima sampai tujuh bulan.
Ia menambahkan, pada kambing PE, masa laktasi dapat diperpanjang sampai lebih dari satu tahun, dengan cara menunda perkawinan setelah beranak.
"Peternak dapat memanfaatkan kambing laktasi yang sudah tua sebagai penghasil susu dengan pemberian nutrisi yang cukup untuk memperpanjang masa laktasinya, sedangkan induk kambing yang masih muda digunakan untuk tujuan breeding," paparnya.
Di sebagian daerah, susu kambing sudah dikenal sejak lama, salah satunya dengan memanfaatkan kambing hasil persilangan yaitu peranakan etawa sebagai kambing penghasil susu terbaik di daerah tropis.
Meski potensi kambing perah cukup besar, Yustina menuturkan peternak kecil perlu dukungan dengan diperkuat melalui kelembagaan sehingga mampu mengatasi keterbatasan penyediaan bibit.
"Perkembangan ini memerlukan dukungan yang kuat dan pendampingan dari pemerintah termasuk perguruan tinggi dan melembaga agar produktivitas meningkat dan dapat meyakinkan konsumen dengan standar kualitas yang benar," ucapnya.
Topik:
susu susu-sapi susu-kambing ternak-kambing