Rupiah Tertekan, Perang Dagang AS jadi Pemicu

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 3 April 2025 17:54 WIB
Nilai Tukar Rupiah Mengalami Pelemahan (Foto: Dok MI)
Nilai Tukar Rupiah Mengalami Pelemahan (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, mengungkapkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah saat ini dipengaruhi oleh dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara mitranya.

“Perang dagang ini membuat apa? Membuat mata uang rupiah kembali mengalami pelemahan dan kemungkinan besar dalam minggu-minggu ini pembukaan pasar level Rp16.900 kemungkinan besar akan terjadi. Ada kemungkinan besar akan pecah telur juga di Rp17.000 ini harus berhati-hati,” tutur Ibrahim di Jakarta, Kamis (3/4/2025).

Pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah tercatat melemah sebesar 33 poin atau 0,20 persen, menjadi Rp16.746 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi sebelumnya yang berada di angka Rp16.713 per dolar AS. 

Pada Rabu (2/4/2025), Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif sedikitnya 10 persen ke banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terhadap barang-barang yang masuk ke negara tersebut.

Indonesia berada di urutan ke delapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen. Sekitar 60 negara bakal dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS.

Menurut daftar tersebut, Indonesia bukan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang terdampak oleh kebijakan dagang AS. Negara-negara lain seperti Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand juga turut dikenakan tarif yang lebih tinggi, masing-masing sebesar 24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.

Trump menyampaikan bahwa tarif timbal balik tersebut bertujuan untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negeri.

Ia dan para pejabat pemerintahannya berpendapat bahwa AS telah "dirugikan" oleh banyak negara akibat praktik perdagangan yang dianggap tidak adil.

Tarif-tarif yang telah lama diancamkan Trump itu diumumkan dalam acara "Make America Wealthy Again" di Rose Garden, Gedung Putih.

Ibrahim menjelaskan bahwa, pemerintah Indonesia harus menerapkan biaya impor dengan harga serupa sebagaimana yang diterapkan AS.

“Pemerintah harus melakukan perlawanan terhadap Amerika dengan menerapkan biaya impor yang harganya sama dengan Amerika memberikan biaya impor terhadap Indonesia, yaitu 32 persen,” bebernya.

Selain itu, Indonesia disarankan untuk memanfaatkan pasar BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) sebagai alternatif baru untuk ekspor.

Ibrahim juga mengungkapkan bahwa pemerintah perlu memberikan stimulus untuk mengatasi dampak dari perang dagang.

“Bank Indonesia harus tetap di pasar melakukan intervensi di perdagangan DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), terutama adalah valuta asing dan obligasi. Tujuannya adalah untuk menstabilkan mata uang rupiah. Ini yang harus dilakukan oleh pemerintah sehingga walaupun Amerika melakukan perang dagang terhadap Indonesia, Indonesia sudah siap untuk melakukan perlawanan balik,” pungkas Ibrahim.

Topik:

rupiah nilai-tukar-rupiah tarif-trump