Indonesia Siap Tingkatkan Impor Energi dan Pangan dari AS

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 18 April 2025 13:23 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono (Kiri) dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu (Kanan) (Foto: Repro)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono (Kiri) dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu (Kanan) (Foto: Repro)

Jakarta, MI - Indonesia akan meningkatkan impor sejumlah komoditas dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari strategi negosiasi menyusul kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers daring pada Jumat (18/4/2025), menjelaskan bahwa tim negosiator yang dipimpinnya telah melakukan pertemuan dengan sejumlah perwakilan pemerintah AS yakni United States Trade Representative (USTR) dan Departemen Perdagangan. 

Saat bertemu dengan Mendag AS, Howard Lutnik, dia menawarkan sejumlah hal kepada AS.

"Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari Amerika Serikat antara lain LPG, crude oil (minyak mentah), dan gasoline (BBM)," ujarnya.

Di samping itu, Airlangga menyampaikan, Indonesia akan menawarkan pembelian produk pertanian seperti gandum, kedelai, dan susu kedelai dari AS. Semua pembelian ini dilakukan untuk meningkatkan impor sehingga defisit perdagangan yang dialami AS atas Indonesia berkurang.

“Juga Indonesia akan meningkatkan pembelian barang-barang modal dari Amerika,” jelas Airlangga.

Selain itu, Indonesia juga siap memfasilitasi perusahaan-perusahaan asal AS yang beroperasi di Indonesia, dari sisi perizinan dan insentif. Ekspor critical minerals dan kemudahan prosedur impor produk-produk AS juga ditawarkan delegasi RI dalam pertemuan tersebut.

Dia menegaskan bahwa Indonesia menyambut baik investasi dari AS. Namun, ia menekankan bahwa pendekatan Indonesia tetap berfokus pada kerja sama berbasis skema business to business (B2B). 

Pemerintah, kata dia, membuka peluang bagi investor AS untuk menanamkan modalnya di berbagai sektor potensial seperti pendidikan, teknologi, ekonomi digital, hingga jasa keuangan.

Airlangga juga mengatakan, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diajak berunding terkait tarif oleh AS, bersama dengan Vietnam, Jepang, dan Italia. Hal ini, menurut Airlangga, tidak lepas dari langkah proaktif Indonesia dalam menjalin komunikasi dan pendekatan dengan pemerintah AS.

Topik:

tarif-trump negosiasi-tarif airlangga-hartarto