Tarif Trump Berlaku Besok, RI Bersiap Hadapi Tantangan Ekspor

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 6 Agustus 2025 16:37 WIB
Menteri Perdagangan Budi Santoso (Foto: Kemendag)
Menteri Perdagangan Budi Santoso (Foto: Kemendag)

Jakarta, MI - Pemerintah tetap memandang prospek ekspor Indonesia akan tetap kompetitif, meskipun mulai 7 Agustus 2025 Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump mulai memberlakukan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa posisi Indonesia masih cukup kuat di pasar global. Bahkan, dibandingkan negara-negara pesaing seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina yang dikenai tarif serupa, Indonesia memiliki daya saing lebih tinggi, terutama dalam ekspor ke pasar AS.

"Ekspor kita kan kemarin saya sampaikan Januari-Juni naik 7,7%. Kemudian tujuan utama ekspor kita itu pertama ke China, kedua ke Amerika. Surplus terbesar kita Januari-Juni itu ke Amerika, US$9,9 miliaran. Yang kedua ke India. Artinya produk kita bisa bersaing di Amerika," tutur Budi saat ditemui di kantornya, Rabu (6/8/2025).

Budi menuturkan bahwa tarif impor sebesar 19% yang dikenakan AS terhadap Indonesia masih tergolong kompetitif, mengingat negara-negara pesaing di kawasan ASEAN juga menghadapi tarif serupa.

"Kita kan dapat 19%, itu termasuk kecil ya. Karena negara ASEAN yang dapat 19% itu Malaysia, Thailand, Filipina. Sementara negara-negara lain seperti pesaing-pesaing utama kita, seperti China, Vietnam, India itu kan di atas 19%," ujarnya.

Dia juga menyampaikan bahwa saat ini, posisi Indonesia lebih unggul dibanding sebelumnya, terutama setelah diberlakukannya skema tarif baru yang bersifat resiprokal, menggantikan sistem Most Favoured Nation (MFN) yang selama ini membuat tarif bea masuk relatif seragam.

"Kalau pasar Amerika terus tetap bergairah, berarti kita semakin mudah masuk ke sana. Karena kita, kita bersaingnya, start-nya itu tidak mulai dari nol. Kita selangkah lebih maju dibanding negara yang lain. Kalau dulu kita bersaing dengan negara lain, kita bersaing masuk ke Amerika itu kan sama ya, pakai MFN," jelasnya. 

"Kalau MFN kan hampir sama tarifnya. Nah sekarang kan, resiprokal kan tarifnya. Kita lebih dapat yang rendah sehingga ya harapan kita semakin mudah. Sebenarnya itu kesempatan yang besar masuk ke Amerika itu," tambahnya.

Menanggapi persaingan langsung Indonesia dengan sesama negara ASEAN seperti Malaysia dan Filipina, Budi mengaku tidak khawatir. "Gak apa-apa, itu juga negara utama kita, kita bisa bersaing dengan mereka," katanya.

Budi menambahkan bahwa dengan tarif bea masuk yang kini lebih rendah dibandingkan negara pesaing di luar ASEAN, ia meyakini kinerja ekspor Indonesia akan terdongkrak.

"Seharusnya meningkat, karena kan sama saja kan tarif bea masuknya lebih kecil dibanding negara lain. Seharusnya lebih meningkat, ya artinya hitung-hitungannya lebih meningkat. Makanya kita bagaimana memanfaatkan utilisasi itu secara optimal ya. Kita mendorong bersama-sama pelaku usaha supaya memanfaatkan kesempatan ini," tutupnya.

Topik:

tarif-trump tarif-dagang amerika-serikat menteri-perdagangan