Harga Minyak Melemah Lagi, Sorotan Tertuju ke OPEC+

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 4 Mei 2025 20:56 WIB
Harga Minyak Kembali Melemah pada 4 Mei 2025 (Foto: Ist)
Harga Minyak Kembali Melemah pada 4 Mei 2025 (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Harga minyak mentah global kembali tergelincir untuk pekan kedua berturut-turut. Pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang pertemuan penting OPEC+ akhir pekan ini, yang diyakini akan menentukan arah pasokan minyak global ke depan.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak berjangka ditutup melemah 1,6 persen ke level USD58,29 per barel. Sementara itu, minyak Brent acuan global turun 1,4 persen menjadi USD61,29 per barel.

Analis dari Rystad Energy, Mukesh Sahdev, mengatakan "Kenaikan pasokan OPEC+ untuk Juni kemungkinan bersifat sangat terukur dan oportunistik, dengan mempertimbangkan lonjakan musiman permintaan minyak pada musim panas."

"Jika kelompok ini ingin menguji pasar dengan peningkatan yang lebih besar dari perkiraan, sekarang adalah waktu yang tepat," lanjutnya.

Rystad menilai, ada kemungkinan 50 persen bahwa kenaikan produksi kali ini sebanding atau lebih tinggi dari kenaikan Mei sebesar 411.000 barel per hari.

Sahdev juga memperkirakan OPEC+ terus menyesuaikan pasokan guna menjaga keseimbangan pasar, tanpa memicu lonjakan atau penurunan harga yang tajam.

Pasar minyak masih rentan terhadap kekhawatiran seputar permintaan global, terutama di tengah ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, meskipun belakangan muncul sinyal kemungkinan dialog antara kedua negara.

Sementara itu, data ketenagakerjaan AS yang kuat turut menopang sentimen positif secara keseluruhan, mendorong penguatan di pasar saham dan membantu meredam tekanan penurunan harga minyak.

Namun, prospek kenaikan produksi dari OPEC+ menjadi beban utama bagi harga Brent. Sementara itu, risiko geopolitik tetap membayangi, setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap negara-negara yang membeli minyak dari Iran, yang bisa memperketat pasokan global.

Langkah OPEC+

Menurut laporan Reuters, Minggu (4/5/2025), OPEC+ memutuskan untuk kembali meningkatkan produksi minyak pada bulan Juni, menambah pasokan sebesar 411.000 barel per hari. Ini merupakan bulan kedua berturut-turut kelompok produsen minyak tersebut mempercepat laju peningkatan output.

Keputusan ini tetap diambil meskipun harga minyak sedang mengalami tekanan dan prospek permintaan global diperkirakan melemah.

Dalam pertemuan daring yang berlangsung sedikit lebih dari satu jam, OPEC+ menyatakan bahwa fundamental pasar minyak tetap sehat dan level persediaan masih rendah.

Harga minyak sempat jatuh ke level terendah empat tahun pada April, di bawah USD60 per barel, setelah OPEC+ mengumumkan kenaikan produksi yang lebih besar dari perkiraan untuk Mei dan seiring kekhawatiran pelemahan ekonomi global akibat tarif yang diberlakukan Trump.

Sumber Reuters mengungkapkan bahwa Arab Saudi tengah mendorong percepatan pencabutan pemangkasan produksi guna memberikan sanksi pada Irak dan Kazakhstan yang dianggap tidak patuh pada kuota produksi. Kenaikan produksi ini juga datang setelah Trump mendesak OPEC+ untuk meningkatkan pasokan. Trump dijadwalkan mengunjungi Arab Saudi pada akhir Mei.

Pada Desember lalu, delapan negara OPEC+ yang terlibat dalam pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari sepakat untuk secara bertahap mencabut pembatasan tersebut melalui peningkatan produksi bulanan sekitar 138.000 barel per hari mulai April 2025.

Peningkatan produksi pada bulan Juni diperkirakan akan mendorong total tambahan pasokan sejak April menjadi 960.000 barel per hari, atau sekitar 44 persen dari total pemangkasan awal yang mencapai 2,2 juta barel per hari, berdasarkan estimasi Reuters.

Pada Jumat lalu, harga minyak Brent melemah lebih dari 1 persen dan ditutup di level USD61,29 per barel, seiring pasar mengantisipasi lonjakan pasokan dari OPEC+.

Analis UBS, Giovanni Staunovo, memperkirakan harga minyak melemah pada Senin (5/5/2025), akibat berita OPEC+ serta tekanan dari ketegangan dagang dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi.

“Kami masih menyebut ini sebagai pencabutan pemangkasan yang terkelola, bukan perebutan pangsa pasar,” katanya.

Menteri Energi Kuwait menyebut bahwa keputusan yang diambil dalam pertemuan OPEC+ pada Sabtu akan menjadi acuan penting dalam merumuskan kebijakan produksi minyak di masa mendatang.

Sementara itu, menurut laporan Reuters, Arab Saudi selaku pemimpin de facto OPEC+ telah menyampaikan kepada mitra-mitranya dan para pelaku industri bahwa pihaknya tidak berencana melakukan pemangkasan produksi tambahan untuk menopang pasar minyak.

“Isu kepatuhan kembali menjadi sorotan utama, dengan Kazakhstan dan Irak masih belum memenuhi target kompensasi mereka, sementara Rusia juga belum sepenuhnya patuh,” tutur analis RBC Capital Markets, Helima Croft.

Topik:

minyak-dunia harga-minyak