Harga Minyak Melonjak Usai AS-UE Sepakat Dagang

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 29 Juli 2025 08:43 WIB
Harga minyak mentah dunia naik sekitar 2 persen pada perdagangan Senin (28/7/2025) (Foto: Ist)
Harga minyak mentah dunia naik sekitar 2 persen pada perdagangan Senin (28/7/2025) (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Harga minyak mentah dunia melonjak sekitar 2 persen pada perdagangan Senin (28/7/2025), dipicu sentimen positif dari kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta tekanan baru dari Presiden AS Donald Trump terhadap Rusia terkait perang Ukraina.

Kontrak Brent tercatat naik 2,3 persen ke level USD70,04 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 2,4 persen menjadi USD66,71 per barel.

Kenaikan ini juga diperkuat oleh pernyataan mengejutkan Presiden Trump yang mempersingkat tenggat waktu bagi Rusia untuk mengakhiri invasi ke Ukraina, dari sebelumnya 50 hari menjadi hanya 10–12 hari. 

Brent sempat menyentuh level tertingginya dalam 10 hari terakhir, menandai reaksi pasar yang sensitif terhadap dinamika geopolitik serta perkembangan kerja sama ekonomi lintas kawasan.

Analis pasar dari IG, Tony Sycamore mengatakan bahwa kesepakatan AS-Uni Eropa serta potensi perpanjangan gencatan tarif antara AS dan China turut mendukung penguatan pasar keuangan global, termasuk harga minyak.

Mengutip laporan Reuters, kesepakatan dagang yang diumumkan pada Minggu itu mencakup penetapan tarif impor sebesar 15 persen oleh AS terhadap sebagian besar produk dari Uni Eropa. 

Trump juga mengungkapkan bahwa dalam kesepakatan tersebut, Uni Eropa berkomitmen untuk membeli energi dari AS senilai USD750 miliar dalam beberapa tahun ke depan.

“Eropa akan harus melepas sebagian besar pasokan energi yang mereka dapat dari Rusia,” ujar analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn.

“Kesepakatan ini tidak hanya memberi dorongan besar bagi produsen energi AS, tapi juga meningkatkan tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk segera berunding,” sambungnya.

Sementara itu, pejabat tinggi AS dan China tengah bertemu di Stockholm pada Senin untuk membahas kemungkinan perpanjangan gencatan tarif sebelum tenggat 12 Agustus.

Analis dari PVM, Tamas Varga, mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-Uni Eropa telah mengurangi ketidakpastian di pasar, dan perhatian kini mulai kembali tertuju pada faktor fundamental. 

Namun, ia juga mencatat bahwa penguatan dolar dan penurunan impor minyak dari India menjadi tekanan tambahan bagi harga minyak.

Dari sisi suplai, panel OPEC+ pada Senin menyoroti pentingnya kepatuhan penuh terhadap kesepakatan produksi yang telah disepakati, menjelang pertemuan delapan negara anggota koalisi itu pada Minggu mendatang. 

Agenda utama dalam pertemuan tersebut adalah membahas potensi peningkatan produksi untuk bulan September.

Dalam proyeksinya, ING menyebut bahwa OPEC+ yang terdiri dari negara-negara anggota OPEC serta mitra seperti Rusia, akan menyelesaikan pengembalian penuh pemangkasan pasokan sukarela tambahan sebesar 2,2 juta barel per hari paling lambat akhir September.

Topik:

minyak-dunia harga-minyak