RI Bukukan Surplus Perdagangan 61 Bulan Berturut-turut, Mei 2025 Capai USD4,3 Miliar

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 1 Juli 2025 12:14 WIB
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini  (Foto: Ist)
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan performa positif. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus perdagangan barang sebesar USD4,30 miliar pada Mei 2025, memperpanjang tren surplus menjadi 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Surplus Mei 2025 ini lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yaitu sebesar USD5,83 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah lemak dan minyak hewani/nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja," tutur Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers Rilis BPS, Selasa (1/7/2025).

Namun, di sisi lain, sektor migas masih membebani neraca dengan defisit sebesar USD1,53 miliar. Komoditas penyumbang defisit terbesar berasal dari impor minyak mentah dan hasil minyak.

Secara kumulatif Januari-Mei 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD15,38 miliar. "Surplus sepanjang Januari hingga Mei 2025 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu sebesar USD23,10 miliar. Sementara komoditas migas masih mengalami defisit sebesar USD7,72 miliar," kata Pudji.

Data BPS menunjukkan bahwa Indonesia membukukan surplus perdagangan dengan sejumlah negara, dengan tiga terbesar yakni Amerika Serikat USD7,08 miliar, India USD5,30 miliar, dan Filipina USD3,69 milliar.

Sebaliknya, Indonesia mengalami defisit dengan China sebesar -USD8,15 miliar, Singapura -USD2,79 miliar, dan Australia -USD2,11 miliar.

Topik:

neraca-perdagangan surplus-neraca-dagang bps