BTN Pastikan Likuiditas Rp25 Triliun Terserap Optimal Desember 2025

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 20 September 2025 21:02 WIB
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu (Foto: Dok BTN)
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu (Foto: Dok BTN)

Jakarta, MI - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) optimistis dapat menyerap sepenuhnya tambahan likuiditas sebesar Rp25 triliun yang resmi ditempatkan pemerintah hingga akhir 2025. Dana segar itu diproyeksikan memperkuat pembiayaan sektor perumahan yang permintaannya tetap terjaga.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menegaskan, perseroan telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengoptimalkan penyerapan dana tersebut. 

Ia menilai, langkah pemerintah menyalurkan tambahan likuiditas mampu meredakan ketatnya persaingan antarbank dalam mencari sumber pendanaan, terutama yang berbiaya murah dalam beberapa waktu terakhir. 

Dengan tambahan Rp25 triliun ini, BTN berharap pembiayaan rumah subsidi maupun komersial tetap terjaga, sehingga ikut menopang target pemerintah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat.

Dengan adanya dana segar tambahan, persaingan berpindah ke upaya bank dalam menyalurkannya menjadi kredit.

“Langkah pemerintah ini telah memindahkan persaingan di likuiditas menjadi persaingan di kredit, karena dengan adanya tambahan dana Rp25 triliun, likuiditas tidak menjadi masalah lagi bagi BTN setidaknya dalam waktu 6 bulan. Saya perkirakan Desember (tahun ini) sudah habis terserap,” ujar Nixon dalam forum Media Gathering BTN 2025: Energi Baru BTN Perkuat Transformasi Berkelanjutan di Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/9/2025).

Adapun perkiraan tersebut didasarkan pada perhitungan rerata penyaluran kredit per bulannya di BTN. BTN mencatatkan penyaluran tersebut mencapai sekitar Rp6-7 triliun baik untuk melayani ekosistem perumahan yang cakupannya luas, maupun kredit non-perumahan yang saat ini juga menjadi salah satu motor realisasi pembiayaan di BTN. 

“Realisasi kredit kami rata-rata saja sekitar Rp6-7 triliun per bulan, jadi kalau akhir tahun Rp25 triliun itu sudah nutup. Itu juga sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) kami,” kata Direktur Finance and Strategy BTN Nofry Rony Poetra.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menyalurkan dana sebesar Rp200 triliun ke lima bank milik negara, dengan alokasi untuk BTN sebesar Rp25 triliun untuk disalurkan sebagai kredit ke sektor riil sehingga dapat menggairahkan perekonomian. Dana tersebut dapat digunakan selama jangka waktu enam bulan dan dapat diperpanjang.

Nixon menjelaskan, tambahan likuiditas ini memiliki pola yang mirip dengan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada masa pandemi Covid-19, di mana sejumlah dana pemerintah ditempatkan di bank-bank milik negara untuk mempercepat pemulihan ekonomi. 

Kala itu, BTN memperoleh penempatan dana Rp10 triliun untuk disalurkan sebagai kredit. Hasilnya, kata Nixon, ekonomi saat itu berangsur-angsur pulih dan bank-bank dapat mengembalikan dana tersebut ke negara setelah dua tahun.

Dalam konteks saat ini, Nixon menilai tambahan likuiditas Rp25 triliun sangat membantu BTN untuk mempercepat realisasi atas pipeline kredit yang belum diakadkan.

“Demand-nya justru sangat ada di BTN, pipeline (kredit) di kami sebenarnya Rp30 triliun lebih. Dengan adanya tambahan likuiditas ini, masalahnya sudah selesai dan yang sudah ada di pipeline jadinya cepat diberi keputusan agar tidak pindah ke bank lain,” tuturnya.

BTN Tekan Biaya Dana, Tingkatkan Profitabilitas

BTN menilai tambahan likuiditas Rp25 triliun juga menjadi dorongan lebih bagi perseroan untuk terus menurunkan biaya dana (cost of fund), terutama setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate) hingga 125 basis poin (bps) dalam satu tahun ke belakang. 

Sebagai langkah kongkrit, Nixon mengungkapkan bahwa perseroan langsung menurunkan bunga deposito special rate tak lama setelah dana segar dari pemerintah diterima. 

“Waktu Jumat (12 September) diputuskan oleh pemerintah, Senin (15 September) kami memutuskan untuk menurunkan bunga special rate deposito 50 bps. Dana Rp25 triliun membantu BTN menurunkan suku bunga dana mahal dan kami akan memastikan special rate akan terus turun hingga akhir tahun,” imbuhnya.

Ia menambahkan, langkah tersebut dapat berdampak positif pada profitabilitas BTN yang akan terefleksi pada margin bunga bersih (NIM) perseeroan. Tren penurunan biaya dana di BTN belakangan juga telah berkontribusi pada NIM yang meningkat 139 bps ke level 4,4% hingga semester I-2025.

Topik:

btn dana-tambahan kredit