SMK Sumbangsih, SMK Tanpa TEFA, Mau Berharap Apa?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 20 Agustus 2025 12:49 WIB
Dokumentasi kerja praktek Div PPG Kemdikbud dan SMK Sumbangsih 2022 lalu. Foto: Dok MI/Gatot Eko Cahyono
Dokumentasi kerja praktek Div PPG Kemdikbud dan SMK Sumbangsih 2022 lalu. Foto: Dok MI/Gatot Eko Cahyono

Jakarta, MI - Teaching Factory ( TEFA) di dalam SMK bertujuan meningkatkan kesiapan kerja, menyelaraskan kompetensi, dan membentuk karakter kerja lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha atau Industri.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015, Teaching Factory didefinisikan sebagai sarana produksi di sekolah yang dijalankan berdasarkan prosedur dan standar industri untuk menghasilkan produk sesuai dengan kondisi nyata industri terkini.

Artinya ialah positioning TEFA bagi pelajar SMK amatlah penting, karena SMK bertujuan menyiapkan lulusan siap kerja, berbeda dengan dunia SMA.

SMK Sumbangsih sebelum dipimpin oleh Nidom selaku kepala sekolah saat ini.

"Dulunya pernah memiliki TEFA  tak main main, salah seorang guru saat itu, rekan saya yang bernama Randy (Sudah Resign 2023 ), yang saat itu mengemban posisi hubungan industri berhasil menembus salah satu vendor Kementerian Pertahanan RI, untuk mendapatkan project pembuatan Storyboard untuk software simulasi bongkar pasang alutsista," kata Gatot Eko Cahyono, mantan guru produktif di SMK Multimedia Sumbangsih, Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Menurutnya, project ini sangat diminati oleh siswa SMK Sumbangsih, bahkan project ini dengan cerdas diolah oleh Wakil Kurikulum saat itu, Indah agar sebagian project TEFA di include ke dalam tugas mata pelajaran produktif. 

Pembuatan storyboard ini mendapatkan fee dari perusahaan vendor tersebut. 100 persen fee tersebut diberikan kepada siswa tanpa potongan sedikitpun. Artinya, siswa dapat pengalaman kerja, dapat link dunia industri dan dapat bayaran pula.

Namun ketika Nidom menjabat sebagai Kepala Sekolah, program TEFA ini dihentikan tanpa dicarikan gantinya. 

"Lebih lucu lagi, hubungan yang saya buat dengan PT Permata dimana perusahaan ini menyuplai tenaga kerja ke sejumlah media ternama, malah dihentikan sepihak tanpa alasan yang jelas," lanjutnya.

"Yang lebih mengangetkan lagi, hubungan dengan Divisi PPG Kemdikbud untuk keperluan praktek Kerja yang juga dibangun oleh rekan saya Randy juga dihentikan begitu saja. Padahal hubungan dengan Divisi PPG Kemdikbud adalah hubungan yang strategis bagi sebuah sekolah," timpal Gatot.

Lucunya, Nidom melalui Jihan dan Ali, malah mengganti tempat-tempat strategis seperti itu hanya dengan UMKM percetakan percetakan home industri.

"Hal ini menurut hemat saya, membuat SMK Sumbangsih menjadi semacam turun kelas, bahkan banyak siswa mengeluhkan kerja praktek mereka hanya dapat tugas bagi bagi brosur, berbeda jauh dengan praktek kerja tahun tahun sebelumnya," ucap Gatot.

Seharusnya hubungan strategis yang sudah dibuat oleh pendahulu dipertahankan, jika tidak dapat mengganti dengan yang lebih baik. "Saya merasa bahwa siswa dan kualitas sekolah menjadi dikorbankan dalam hal ini. Sdr Nidom tidak mengerti sama sekali tentang TEFA ( Teaching Factory) karena memang Sdr Nidom sebelumnya lama bertugas di SMA, sebuah dunia yang berbeda dari SMK," katanya.

Lebih jauh lagi, Nidom menolak untuk merekrut praktisi sebagai tenaga pengajar. "Padahal praktisi adalah orang yang mengerti kebutuhan industri saat ini, sehingga skill dan kemampuan siswa menjadi sejalan dengan kebutuhan Industri," tukas Gatot.

Sampai tulisan ini dibuat, Nidom dan timnya belum mampu memenuhi TEFA. Sebuah keganjilan untuk sebuah SMK Ternama yang memiliki Akreditasi A.

Topik:

SMK Sumbangsih Kemedikbud TEFA