12 Tahun Paguyuban Gerobak Sapi Manunggal Lestari: Para "Bajingan" Kumpul Bareng Waton Gayeng

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 2 November 2025 10 jam yang lalu
"Bajingan" Cilik - Andre (11) bersama adiknya, salah satu peserta event dari pedukuhan Tirto, kelurahan Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul, Yogyakarta sedang berpose di gerobak sapinya, di lapangan Morangan atau lapangan Sport Center, Kelurahan Caturharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Minggu (2/11/2025) (Foto: Dok MI/Gatot Eko Cahyono)
"Bajingan" Cilik - Andre (11) bersama adiknya, salah satu peserta event dari pedukuhan Tirto, kelurahan Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul, Yogyakarta sedang berpose di gerobak sapinya, di lapangan Morangan atau lapangan Sport Center, Kelurahan Caturharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Minggu (2/11/2025) (Foto: Dok MI/Gatot Eko Cahyono)

Yogyakarta, MI - Minggu pagi hingga sore hari (2/11/2025) di lapangan Morangan, Sport Center, Kelurahan Caturharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ada Iven 12 tahun Paguyuban Gerobak Sapi Manunggal Lestari, Sleman, Yogyakarta. 

Wartawan Monitorindonesia.com yang ada di Yogyakarta, Gatot Eko Cahyono, melakukan peliputan Iven tersebut.

Acara ini menurut ketua panitia, Yitno (66) adalah merupakan hari ulang tahun ke -12 paguyuban gerobak sapi yang ia pimpin sekarang. 

Ada sekitar 100 gerobak sapi ikut meramaikan acara tersebut, yang datang dari berbagai komunitas di Yogyakarta, ada yang dari kabupaten Sleman mau pun Bantul. 

Tujuan dari event ini adalah untuk mempererat silaturahim para "bajingan" (sebutan untuk sopir gerobak sapi), menjadi ajang saling mengundang dan mengunjungi sesama hobi, juga bisa menjadi ajang dagang sapi dalam arti yang sebenarnya di antara komunitas mereka. 

Yang terpenting juga adalah bertujuan melestarikan budaya gerobak sapi sebagai kendaraan tradisional rata-rata para petani sejak dulu kala yang hingga kini masih ada meski pun sudah mulai berkurang jumlahnya.

Yang terakhir bisa bertujuan menghidupkan ekonomi kreatif rakyat (UMKM) setempat dalam mengembangkan usahanya, karena pasti banyak para penjual makanan dan aksesoris, sehingga banyak juga mengundang masyarakat sebagai penonton. 

Pestanya Para "Bajingan"

Tentu sebutan istilah" bajingan" ini bukan konotasi jahat. Memang sejak dulu kala hingga sekarang istilah "Bajingan" sudah umum menjadi semacam ikon "pisuhan" umpatan yang kasar dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di daerah Istimewa Yogyakarta.

Dulu ada cerita manakala seseorang sedang lama menunggu kendaraan gerobak sapi, tetapi gerobaknya tidak datang-datang. 

Kemudian dengan lirihnya orang tersebut mengumpat: "Bajingan, gerobaknya kok tidak kunjung datang !". Makanya sopir gerobak sapi banyak dikenal dengan sebutan "Bajingan". 

Kalau "Mbajing" kata Yitno yaitu pekerja sebagai sopir gerobak tetapi tidak mempunyai gerobak dan sapi, jadi ada juragannya, kata Yitno. 

Kata "Bajingan" ada filosofisnya juga, yaitu Bagusing jiwo tansah enget dening Pangeran", yang artinya kira-kira.

"Bagusnya diri itu selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa," ujar Yitno.

Selain dalam event ulang tahun ke -12 paguyuban gerobak sapi Manunggal Lestari, Sleman, juga minimal setahun sekali ada diadakan namanya Festival Gerobak Sapi yang tempatnya selalu bergantian. 

Biasanya diadakan di sebuah lapangan luas agar bisa menampung puluhan gerobak sapi hingga stand/kios tenda makanan UMKM masyarakat, sehingga ekonomi kreatif rakyat menjadi hidup. 

Hal ini sangat bagus dimasukkan dalam iven jadwal pariwisata yang sangat menarik di Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Melestarikan Budaya Gerobak

Karena sekarang yang punya kendaraan tradisional gerobak sapi masih ada meskipun tidak terlalu banyak, maka untuk menjaga kepunahan, perlu ada regenerasi dari para "Bajingan" ini, sehingga menjadi lestari. 

Ngadi (65) dari Pedukuhan Tirto, Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul, Yogyakarta, meski sudah lansia berangkat sendirian dengan gerobaknya yang bertuliskan "Guyub Rukun", berangkat Sabtu (1/11/2025) sehabis magrib sampai tujuan Minggu (2/11/2025) jam 01 dini hari. 

Namun meskipun terasa lelah, tampak raut wajahnya senang karena memang hal ini sudah menjadi hobi, kesenangan menjadi sopir gerobak sapi sejak muda belia. 

"Yang penting saya mencari kesenangan yang positif," katanya.

Sementara itu, "bajingan" cilik , Andre (11) salah satu peserta remaja dari pedukuhan Tirto juga, malah sudah sejak umur 8 tahun sudah menjadi sopir gerobak sapi.

"Ya karena memang sudah menjadi hobi," katanya.

Hingga kini Andre sudah mempunyai gerobak dan sapi sendiri.

Masyarakat setempat dan sekitarnya sangat antusias datang untuk melihat dan menambah wawasan dan literasi tentang masalah gerobak sapi.

Acara dibuka oleh Gusti Yodo Negoro, trah dari keraton kesultanan Yogyakarta Hadiningrat.

Ketua panitia dalam perbincangan terakhirnya mengatakan "Yang penting bisa kumpul dan senang bareng, sesuai tema event tersebut yaitu " Kumpul Bareng Waton Gayeng" tentu saja secara positif. (Gatot Eko Cahyono)

Topik:

Paguyuban Gerobak Sapi Manunggal Lestari Bajingan Cilik Waton Gayeng