Kecurangan UTBK SNBT 2025 Terbongkar: 50 Peserta Gunakan Joki, Mayoritas Pilih Fakultas Kedokteran

Rizal Siregar
Rizal Siregar
Diperbarui 29 April 2025 17:36 WIB
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB, Eduart Wolok, dalam Konferensi Pers Kecurangan (Foto. Rizal)
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB, Eduart Wolok, dalam Konferensi Pers Kecurangan (Foto. Rizal)

Jakarta, MI  – Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025 diwarnai praktik kecurangan. Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) mengungkap setidaknya 50 peserta diduga terlibat menggunakan jasa joki dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sesi 1 hingga sesi 12. 

Yang mengejutkan, mayoritas peserta curang memilih Fakultas Kedokteran sebagai jurusan tujuan.

“Yang menarik dan menjadi perhatian, sebagian besar peserta yang terlibat kecurangan memilih program studi Fakultas Kedokteran,” ungkap Prof. Eduart Wolok, Ketua Tim Penanggung Jawab SNPMB, dalam konferensi pers di Auditorium Gedung Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Prof. Eduart menjelaskan bahwa modus operandi para peserta melibatkan pembayaran biaya operasional kepada joki. Bila lulus, peserta wajib membayar tambahan sesuai kesepakatan.

“Kalau tidak lulus, ya uang operasional hangus,” tegas Eduart.

SNPMB mencatat bahwa dari sesi 1 sampai 12, terdapat 20 peserta dan 10 joki yang telah teridentifikasi. Pihaknya masih terus melakukan pendalaman di seluruh pusat pelaksanaan UTBK.

“Kami ingin fokus menyelenggarakan seleksi yang jujur dan berkualitas. Tapi kalau terus ada pasar untuk joki, artinya ini bukan cuma soal oknum—tapi soal permintaan,” kata Eduart.

Ia juga menekankan pentingnya peran orang tua. “Kalau peserta dan orang tua tidak menggunakan jasa seperti ini, tentu pasar joki akan mati,” tambahnya.

Dalam temuan terbaru, sebuah lembaga bimbingan belajar (bimbel) di Yogyakarta juga diduga terlibat dalam skema kecurangan. Dugaan ini muncul setelah investigasi terhadap 13 pusat UTBK yang dilaporkan memiliki anomali.

“Dari pendalaman yang kami lakukan, muncul dugaan keterlibatan satu bimbel di Yogyakarta. Tapi kami belum bisa menyebutkan nama lembaganya,” ujar Eduart.

Menurutnya, ada dua kemungkinan modus keterlibatan bimbel tersebut. Pertama, mereka menyediakan joki untuk menggantikan peserta. Kedua, mereka mengikuti UTBK untuk merekam soal yang nantinya digunakan sebagai bahan bimbingan tahun depan.

“Ada bimbel yang mengklaim semua pesertanya lulus 100 persen. Padahal Tes Potensi Skolastik (TPS) menguji kemampuan skolastik individu. Klaim seperti itu patut dipertanyakan secara logika,” ungkapnya.

Panitia juga mencatat adanya sekitar 4.000 anomali dalam pelaksanaan UTBK 2025 sejauh ini. Meski belum dipastikan apakah semua berkaitan langsung dengan bimbel, pola-pola mencurigakan mulai terlihat.

Eduart memberi contoh bahwa ada bimbel yang mengakhiri programnya persis di tanggal 5 Mei 2025, yakni hari terakhir pelaksanaan UTBK, yang tidak lazim jika dibandingkan dengan bimbel pada umumnya.

“Biasanya bimbel selesai paling lambat seminggu sebelum UTBK. Ini salah satu sinyal kuat adanya pola yang tidak biasa,” ujarnya.

Pelaksanaan UTBK SNBT 2025 tahun ini dilaksanakan dalam satu gelombang saja. Tes telah dimulai pada 23 April hingga 5 Mei 2025. ***

Topik:

Kecurangan SNBT Pendidikan UTBK