Kemdiktisaintek Luncurkan Program Akselerasi Pendidikan Dokter Spesialis 2025–2030

Rizal Siregar
Rizal Siregar
Diperbarui 22 Juli 2025 14:12 WIB
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto bersama Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin gekar MoU. (Foto. Rizal)
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto bersama Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin gekar MoU. (Foto. Rizal)

Jakarta, MI - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) meluncurkan Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis, sebagai bagian dari percepatan perwujudan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Program ini diresmikan pada Selasa (22/7/2025) melalui pendekatan Sistem Kesehatan Akademik, sebuah model kemitraan strategis antara perguruan tinggi, fasilitas kesehatan, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan jumlah dan sebaran tenaga medis, khususnya dokter spesialis dan subspesialis.

“Pendidikan tinggi harus berorientasi pada akses, mutu, relevansi, dan dampak sesuai misi Asta Cita. Kita perlu menghasilkan tenaga medis yang berkualitas dan hilirisasi riset yang berkontribusi untuk peningkatan sistem pelayanan kesehatan,” ujar Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto.

Program ini menargetkan percepatan pemenuhan kebutuhan dokter melalui strategi pembukaan program studi baru dan peningkatan kuota pendidikan dokter spesialis. Saat ini, Indonesia memiliki 136 Fakultas Kedokteran (FK), namun baru 25 FK yang menyelenggarakan 358 program studi spesialis dan subspesialis.

Setiap tahun, sekitar 3.600 dokter spesialis lulus, namun distribusinya belum merata. Data Kemdiktisaintek menyebut, 59 persen lulusan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

“Isu pemerataan dokter spesialis merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri kepentingannya,” tegas Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam kesempatan yang sama.

Melalui kolaborasi dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dan sekitar 350 rumah sakit, pemerintah menargetkan pembukaan 148 program studi baru dan peningkatan kuota mahasiswa dokter spesialis menjadi 8.000 orang pada 2026. Targetnya, jumlah lulusan meningkat menjadi 6.000 dokter spesialis per tahun pada 2030.

Selain itu, melalui peningkatan jumlah FK—yang diproyeksikan mencapai 144 pada 2025—jumlah lulusan dokter umum juga ditargetkan mencapai 15.000 orang per tahun. Dalam kurun waktu 2025–2030, lebih dari 48.000 dokter diharapkan dapat dihasilkan untuk menutup kekurangan tenaga medis nasional.

Kemdiktisaintek juga menyiapkan quick wins dalam jangka pendek, salah satunya melalui penempatan residen senior di rumah sakit pendidikan prioritas di daerah.

Hingga kini, sebanyak 16 fakultas kedokteran telah bekerja sama dengan pemerintah daerah dan menempatkan sekitar 200 residen spesialis di wilayah-wilayah prioritas. Program ini juga melibatkan 200 rumah sakit milik pemerintah daerah dan sekitar 40 rumah sakit milik TNI/POLRI.

Strategi penguatan kerja sama dengan kementerian/lembaga (K/L), termasuk Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertahanan, turut dijalankan untuk memperluas dampak program.

“Peluncuran program ini merupakan awal aksi kolektif Komite Bersama Kemdiktisaintek dan Kemenkes bersama seluruh pemangku kepentingan,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi.

Peluncuran program ini juga ditandai dengan penandatanganan komitmen kemitraan oleh perwakilan enam wilayah Sistem Kesehatan Akademik, yang mencakup perguruan tinggi, rumah sakit pendidikan, pemerintah daerah, TNI/POLRI, dan mitra swasta.

Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Fauzan dan Stella Christie, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, serta sejumlah gubernur dan wakil gubernur dari Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Aceh, dan Lampung.

“Kita bisa meningkatkan kolaborasi dan kawal program ini bersama-sama. Hal yang masih kurang, kita perbaiki. Kemdiktisaintek terbuka untuk berbagai masukan dan kritik,” ujar Brian.

Ia menambahkan, semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan implementasi strategi ini.

“Kemdiktisaintek akan selalu gelorakan semangat kolaborasi untuk menciptakan pendidikan tinggi, tenaga medis, dan tenaga kesehatan yang kompeten dan bermartabat untuk peningkatan kualitas kehidupan bangsa,” pungkasnya.

 

 

 

Topik:

Kemendiksaintek Pendidikan Dokter Asta Cita Presiden Prabowo Subianto AIPKI