Pameran Tunggal Lukisan " Mbajing" Chryshnanda Dwilaksana: Kritik Sosial Ala CDL

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 9 Mei 2025 23:51 WIB
Salah satu karya CDL berjudul: " Di Balik Fenomena", akrilik di kanvas, 120x150 cm, tahun 2019 (Foto: Dok MI/Gatot Eko Cahyono)
Salah satu karya CDL berjudul: " Di Balik Fenomena", akrilik di kanvas, 120x150 cm, tahun 2019 (Foto: Dok MI/Gatot Eko Cahyono)

Bali, MI - Chryshnanda Dilaksana (CDL) kembali menggelar pameran tunggal lukisan dengan tema "Mbajing". Pameran digelar di Museum Puri Lukisan, Ubud , Bali tanggal 2-10 Mei 2025.

Pameran dibuka resmi oleh Wamenkebud, Giring Ganesha dan dihadiri para pejabat daerah serta para seniman di Bali . Sebanyak 41 karya lukisan dengan material akrilik di kanvas memenuhi ruangan museum. 

Pameran tunggal ini sudah yang ke 15 kalinya. Selain itu CDL juga aktif ikut pameran dalam komunitas perupa di jakarta mau pun daerah.

"Mbajing", sebuah refleksi kehidupan

Sosok CDL selain hobi melukis juga menulis. Banyak tulisan -tulisannya bernada pesan yang bernas dan berwawasan luas, menyuarakan kebenaran , keadilan, kewarasan sampai pada peradaban dan masalah kemanusiaan. Bahasanya lugas tertata enak dibaca dan gampang dipahami oleh semua lapisan masyarakat.

Tema "Mbajing" tentu menarik, sebuah kata kerja yang bisa berarti " berbuat jahat" atau secara tersirat mengandung analogi sebuah pilihan hidup manusia, mau menjadi penjahat atau orang baik.

CDL tentu sangat sadar dengan tema lukisannya tersebut, "Mbajing" adalah kata yang mengandung sebuah kritik sosial. Antara bajing, Mbajing dan Bajingan. Untuk seorang petani kopra jelas bajing/tupai adalah sosok hama yang sangat merugikan. 

Mbajing berkonotasi perbuatan jahat manusia (berbuat bisa sangat luas , bisa tindak korupsi, praktik premanisme di kalangan para birokrat, atau pun perbuatan kriminal.), Bajingan adalah istilah sebuah umpatan (pisuhan) yang cukup "keras", yang awalnya berasal dari cerita : "...sopir gerobaknya (gerobak sapi)  kok tidak datang-datang, bajingan !" Ungkap CDL dalam pidato pembukaan pameran. 

Meski pun dalam faktanya sopir gerobak sapi pada kenyataan hidup sehari -hari belum tentu seorang penjahat. CDL juga mengatakan bahwa seni tidak harus yang indah, mewah dll, tetapi seni bisa sebagai ungkapan sebuah kejujuran sang seniman.

Makna Simbol Rupa
Melihat karya-karya CDL yang pada umumnya berukuran besar (rata-rata ukuran 120-150 Cm), dan dengan style abstrak ekspresionis, dengan sabetan kuwas besar yang terlihat "liar" dan bebas tanpa beban, dengan melahirkan abstraksi simbol-simbol rupa yang bebas dinikmati oleh rasa dan berbagai asumsi, dan lahir dari sebuah kejujuran.

Bat..bet..srat..sret...kemerdekaan sabetan kuwas dari berbagai warna dan efek "dleweran" warna yang masih cair di atas kanvas, membuat dampak yang artistik. Hal ini justru membuat  sebuah ikon atau "ciri khas" pada karya-karya CDL. 

Secara teknis saya melihat ada kreativitas, kejujuran dan keberanian dalam berkarya. Hal ini unsur yang sangat penting yang wajib dipunyai oleh seorang seniman.Kadang dalam karya CDL ada sosok muncul sebuah wajah wanita atau sosok tubuh-tubuh bahkan malaikat. 

Misalnya dalam karya yang berjudul 'Bhagavad Gita", yang berukuran 2,5x12,5 meter. Karya yang diciptakan dengan sebuah perenungan dan diekspresikan dengan bahasa rupa yang artistik. 

Karya ini tentu  bisa dinikmati dengan berbagai asumsi perenungan tentunya. Juga dalam karya yang berjudul "Dibalik Fenomena", terlihat tergambarkan wajah raksasa dan wajah seorang wanita.

Wajah raksasa tentu bisa diasumsikan atau diartikan sebagai sifat angkara murka (sifat jahat manusia), sementara wajah wanita bisa diartikan sosok manusia atau sosok ibu yang mulia dalam hidupnya, bagaimana sang surya menyinari dunia, yang tak pernah meminta balas budi kepada generasi -generasi yang dilahirkannya. 

Ada kandungan pesan filosofi kehidupan manusia. Maka tema "Mbajing" sangatlah tepat untuk mengkritisi situasi sosial kehidupan manusia, untuk menjadi orang baik atau orang jahat. Sebuah pilihan hidup.

Proses kreativitas dan perjalanan perwujudan karya CDL secara fisik tentu bukan sebuah perjalan yang pendek, tetapi sebuah proses perjalanan panjang dalam perenungan tentunya.

CDL mengaku sewaktu remaja pernah bergabung dalam sanggar lukis di Magelang kota kelahirannya bersama kawan-kawannya, yang diasuh oleh Subarkah, alumni STSRI " ASRI".

Cita-cita CDL untuk kuliah di kampus tersebut "gagal" lantaran tidak disetujui orang tua dengan alasan ekonomi.

Namun dalam perjalanan hidupnya, sosok CDL akhirnya diterima masuk Akpol (1989) dan melejit dengan berbagai prestasinya. Meski pun sudah masuk Akpol, api semangat dari  kesenangan corat coret (menggambar) tetap masih berlanjut, bahkan sempat hobi membuat karya kartun juga. 

Hingga kini CDL menyandang pangkat jenderal bintang tiga , Komjen Polisi Prof Dr Chryshnanda Dilaksana M.si, sebagai Kalemdiiklat Polri, mengepalai sekolah dan pelatihan polri di seluruh Indonesia. Hingga kini juga masih sebagai guru besar  PTIK di Jakarta.

Refleksi Art Policing
Pameran tunggal tersebut utamanya adalah sebagai refleksi kegiatan pemolisian pada kegiatan seni budaya dan pariwisata, manakala polisi tak sekedar berkegiatan pada seni budaya saja tetapi juga pariwisata demi untuk memanusiakan manusia dan memajukan peradaban manusia. 

Olah raga, olah pikir dan olah rasa merupakan satu keseimbangan dalam aktivitas kehidupan manusia pada umumnya. Dan menjadi perwujudan sebuah kebutuhan mutlak manusia melalui karsa dan karya. 

Sebagai sosok pendiri sekaligus owner komunitas seni budaya "Kampoeng Semar" ini, sampai sekarang tetap aktif bergiat seni budaya, menulis dan membuat buku yang berpesan menyuarakan kebenaran, kewarasan hidup dan memajukan peradaban manusia. 

Banyak artikel tulisan dan buku karangannya di berbagai bidang, menjadi buah idealisme yang mencerahkan dan layak untuk dibaca serta bisa menginspirasi. 

Akhir kata bahwa,  pameran tunggal lukisan yang ke -15  ini patut dicatat sebagai sebuah percontohan dan refleksi dari Art Policing (salah satu buku karangannya). Selamat berpameran CDL ! (Gatot Eko Cahyono, Pengamat Seni Rupa)

Topik:

CDL Chryshnanda Dilaksana