Hacker Bjorka Sebut Informasi dari Dark Tracer Palsu

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 16 September 2022 11:21 WIB
Jakarta, MI - Hacker Bjorka menyinggung soal Dark Tracer yang menurutnya memberikan informasi yang salah terkait identitasnya. “Untuk orang Dark Tracer, setelah melihat bahwa saya masih aktif dan mereka menyadari bahwa mereka memberikan informasi yang salah kepada pemerintah Indonesia tetapi sementara itu mereka telah dibayar, ” tulis Bjorka di grup Telegramnya, Jumat (16/9) dini hari. Bjorka mengatakan kemungkinan pemuda yang dituding sebagai dirinya tersebut dipaksa mengaku. Ia juga menyinggung, pemuda itu bahkan tidak memiliki laptop, dan hanya bekerja sebagai penjual es. "Sementara itu anak ini mungkin sedang disiksa dan dipaksa mengaku oleh pemerintah Indonesia. apa kalian tidak malu, orang-orang dari dark tracer?" tulisnya. "Anak itu bahkan tidak memiliki laptop atau komputer dan dia hanya seorang penjual es. Apa kau tahu itu, dark tracer? bagaimana kalo ganti nama kalian menjadi dumb tracer?" imbuhnya. Sebelumnya, dua pemuda diduga sebagai hacker Bjorka. Salah satu terduga, yakni remaja asal Cirebon yang berinisial SF (17), dituding oleh sebuah akun anonim di Instagram @volt_anonym, sebagai Bjorka. Tudingan itu sontak buat SF kaget. Ia mengaku tidak punya pendidikan atau keahlian sebagai hacker. Saat ini, dirinya tengah menempuh pendidikan paket C untuk belajar sunting video. Kemudian seorang terduga, pemuda asal Madiun, berinisial MAH (21) diamankan oleh Polres Madiun bersama tim Cyber Mabes Polri, Rabu (14/9). Warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, Madiun, itu diduga sosok hacker Bjorka. Kades Banjarsari Kulon Bambang Hermawan juga membenarkan warganya itu diamankan pihak kepolisian. Menurut Bambang, MAH sehari-hari bekerja membantu orangtua berjualan es di depan pasar. “Anak itu biasa jualan es di pintu masuk pasar,” kata Bambang. Ibu kandung MAH, S (48) mengatakan anaknya tidak memiliki perangkat komputer di rumahnya dan hanya memiliki sebuah ponsel hasil menabung berbulan-bulan. Ia juga mengatakan MAH merupakan lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dua tahun lalu. Setelah itu, ia langsung melamar kerja di salah satu kios es waralaba lokal di Madiun dengan gaji Rp700 ribu per bulan. Sementara itu, penangkapan MAH diduga janggal, pasalnya hingga saat ini grup Telegram Bjorka masih aktif mengunggah.