Agenda 2045, Program Strategis Seknas Jokowi

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 19 Desember 2022 11:15 WIB
Jakarta, MI - Tahun Emas Indonesia (2045) tinggal 23 tahun, dimensi waktu menjadi relatif, ketika kita masih mengingat dengan baik apa yang terjadi di negeri ini 23 tahun yang lalu, yakni saat terbitnya fajarnya reformasi. Ini adalah sebuah dejavu, ketika muncul optimisme baru, seperti pada saat awal reformasi dulu. Demikian refleksi Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi dalam ulang tahun ke-9 yang jatuh Selasa 20 Desember 2022, sebagaimana disampaikan Ketua Umum Rambun Tjajo, di Jakarta, Senin (19/12). “Kami menawarkan optimism bagi kesejahteraan rakyat bertajuk Agenda 45 (2025),” katanya. Rambun mengatakan, Seknas Jokowi sebagai organisasi masyarakat sipil, ingin mengambil inisitiasif dalam memberi masukan bagi RPJP (Renacana Pembangunan Jangka Panjang) 2025-2045. RPJP ini bermakna strategis, mengingat akan menjadi panduan pembangunan menuju Tahun Emas RI (2045). Ada lima pilar atau sektor yang dibahas Seknas dalam rangka RPJB, yaitu energi, pangan, kebudayaan, geopolitik, dan good governance. Dari lima isu tersebut, Seknas masih memberi perhatian khusus pada isu pangan dan energi, karena dua sektor ini sangat berpengaruh dalam peradaban. Lima isu tersebut saling berkaitan, yang muaranya ada pada kebudayaan. Pada isu pangan misalnya, menjadi problem ketika ada krisis bahan pangan, terkait dengan kebiasaan masyarakat yang mulai tergantung pada beras dan mie instan sebagai sumber karbohidrat. “Itu sebabnya perlu ada edukasi agar masyarakat berani kembali pada tradisi memanfaatkan sumberdaya pangan local, seperti sagu, umbi-umbian dan sorgum,” papar Rambun. Begitu juga dalam isu energi, sebagai negara tropis Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah, salah satunya adalah sinar matahari, yang selama ini kurang diperhatikan. Sinar matahari yang stabil dan durasi lama, adalah sumber energi hijau dan ramah lingkungan. Selain sinar matahari, masih ada tenaga angin dan air. “Asumsinya, bila isu pangan dan energi teratasi, bisa merembes pada dua isu lain, yaitu good governance dan geopolitik. Kembali kami tegaskan, dari sekian isu yang dibahas dalam Agenda 45, yang menjadi poros adalah kebudayaan,” ungkap Rambun. Sedikit mundur ke belakang, Seknas Jokowi lahir sebagai komunitas yang sejak awal mendukung figur Jokowi menjelang Pilpres 2014. Latar belakang pendirian Seknas Jokowi berdiri, sama seperti gerakan relawan lainnya, sebagai manifestasi dari meningkatnya partisipasi aktif warga masyarakat dalam berdemokrasi. Berdasar realitas saat itu, tutur Rambun, ketika aspirasi arus bawah yang mendukung Jokowi terbilang besar, sementara partai yang menjadi tempat Jokowi bernaung, yakni PDIP, terkesan lambat dalam merespon. Dalam konteks menjaga kesinambungan dan legacy capaian era Presiden Joko Widodo, Seknas Jokowi ingin menembus batas (beyond), bukan lagi sekadar dukung-mendukung figur, namun juga menawarkan konsep pembangunan, dalam hal ini Agenda 45. “Ibarat permainan sepak bola, Seknas Jokowi melakukan segala ikhtiar ini dengan hati lapang, dan memberikan apa yang bisa kita lakukan bagi kesejahteraan rakyat, dan kemajuan bangsa secara luas," tukas Rambun Tjajo. (Sihol) #Seknas Jokowi