Tak Terima Ibunya Dibentak Keluarga Calon Istri, Pria di Palembang Pilih Batalkan Pernikahan H-1

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 25 Desember 2022 21:43 WIB
Jakarta, MI - Baru baru ini viral di media sosial, seorang pria bernama Anjas di Palembang, Sumatera Selatan, memutuskan untuk membatalkan pernikahan. Anjas mengaku pernikahannya digelar pada 18 Desember 2022. Namun pada 17 Desember ia membatalkannya. Hal itu karena pihak calon mempelai wanita membentak ibu kandingnya gegara kurang uang keperluan menikah sebesar Rp 700.000. Sebelumnya, keluarga calon istri anjas meminta uang tambahan Rp 7 juta untuk keperluan perlengkapan resepsi, seperti tenda dan lainnya. Lalu pihak Anjas menyanggupi permintaan tersebut. Namun ketika berkunjung ke rumah calon mempelai wanita (DN) di Baturaja, Sumatera Selatan, Anjas dan keluarga dibuat terkejut melihat kondisi persiapan pernikahan jelang H-1. Sebab, di sana hanya didirikan tenda terpal tanpa ada dekorasi untuk pernikahan. Padahal sebelumnya, kata Anjas, pihak keluarga calon mempelai wanita mengaku bahwa uang tambahan tersebut akan dipakai untuk kebutuhan tenda dan lain-lain. "Itu uang tambahan untuk orangtua dia katanya. Nggak tahu mungkin kalau untuk tenda, daktaunyo dak katek (tidak ada) tenda," kata Anjas, Jumat (23/12). Bahkan, sambung Anjas, tenda yang dipasang di rumah DN itu mirip untuk upacara kematian. Tidak ada tenda putih biru dan dekorasi lainnya. "Persiapannya kayak orang kematian malahan, tenda terpal bae, biasanya kan ada tenda putih biru, ini dak katek, cuma sepetak satu terpal," ungkapnya. Ketika endak menanyakan kegunaan uang itu, Anjas mengaku pihak keluarga DN malah memaki-maki dan menunjuk ibu Anjas. Kemarahan itu dipicu karena keluarga Anjas tidak memberi kekurangan uang Rp 700.000 dari uang tambahan yang disepakati sebesar Rp 7 juta. Tak terima sang ibu dimaki, Anjas pun lantas membatalkan pernikahan sehari sebelum acara itu digelar. "Aku marah lah (ibu ditunjuk-tunjuk) itu wong tuo aku," jelasnya. Menurut Anjas, tidak ada rasa sedih dan penyesalan dari wajah DN ketika pernikahan dibatalkan. "Katek tejingok (nggak terlihat penyesalan) dari wajahnya, malah kadesnyo, aku ngomong dio ngebentak orang tua aku, dio ngomong ado emang aku ngebentak, dak katek raso penyesalan dio ngomong cakitu," imbuhnya. Ia mengaku sudah mengenal perempuan yang akan dinikahinya itu sejak setahun lalu. Namun, mereka menjalin hubungan dari jarak jauh atau long distance relationship (LDR). Anjas dan DN itu hanya berkomunikasi melalui telepon. Selama itu, Anjas menilai DN orang baik dan sangat religius. Anjas pun sering membangga-banggakan DN kepada teman dan saudaranya. Hingga akhirnya, sang kekasih ingin segera dinikahi Anjas. Sebab, jika tidak, akan ada dua calon lain yang siap meminang kekasihnya. Anjas pun melamar kekasihnya. Dalam sebuah acara lamaran, disepakati Anjas memberi mahar Rp 35 juta. Selain itu, Anjas juga harus memberi uang kepada orangtua DN serta ikut membantu biaya pernikahan. Melihat kejadian ini, Menurut Anjas pihak keluarga DN tidak serius untuk melakukan persiapan pesta pernikahan. Pihak keluarga Anjas pun menuntut DN dan keluarganya mengembalikan mahar yang telah mereka terima, yakni emas sekitar 13 gram dan uang sebesar Rp 35 juta. Namun, DN dan keluarganya tak mampu mengembalikan uang Rp 35 juta tersebut karena telah dibelikan motor baru seharga Rp 30 juta. "Kalau kami daktau, yang jelas kami dikasih tau tetangga dia, habis selesai seminggu lamaran, sudah beli motor baru," pungkasnya.