Roy Suryo Kritik Perayaan HUT RI di Istana, Ngabalin: Tumben, Tahun Kemarin Masih dalam Tahanan atau Sudah Keluar?

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 25 Agustus 2023 14:05 WIB
Jakarta, MI - Mantan Menpora era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Roy Suryo menyoroti perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-78 di Istana Negara, terutama saat lagu Rungkad dinyanyikan kemudian diikuti joget-joget beberapa peserta upacara. Ia menilai cara itu justru menodai peringatan HUT RI di Istana Negara. Apa yang dilakukan oleh peserta mengingatkannya pada peristiwa kelam bangsa ini saat terjadi G30 S PKI. Menanggapi hal ini, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin mengatakan baru di era Presiden Jokowi pesta HUT RI di istana bisa dihadiri rakyat. Ia heran kenapa Roy baru mempertanyakan gelaran itu di tahun kesembilan pemerintahan Jokowi. "Tahun kemarin kenapa dia tidak menilai ya? Apa masih dalam tahanan atau sudah di luar? Kenapa dia tidak menilai kemarin-kemarin? Tumben tahun ini dia menilai (pesta) 17 (Agustus) kemarin. Lucu," kata Ngabalin, Jum'at (25/8). Ngabalin menganggap seharusnya Roy mengapresiasi gelaran pesta HUT RI tahun ini. Selain bisa diikuti masyarakat, pesta ini juga menjadi cerminan keberagaman Indonesia. Warga yang hadir wajib mengenakan pakaian adat masing-masing. Menurut Ngabalin, hal ini baru terjadi di era Jokowi. Ngabalin curiga alasan Roy Suryo menyebut pesta HUT RI di Istana mirip adegan tarian genjer-genjer PKI. Dia mengendus upaya politisasi. "Banyak yang pakai isu PKI, bahaya laten, untuk kepentingan politik. Saya belum tahu dia pakai untuk kepentingan apa," ujarnya. Sebelumnya, Pakar Telematika Roy Suryo menyoroti salah satu sesi dalam perayaan HUT ke-78 RI di Istana Negara pada Rabu (17/8/2023) lalu. Dia menyoroti saat seisi istana berjoget kala Putri Ariani menyanyikan lagu Rungkad. Dia menuturkan, ada perluasan arti dari peristiwa di istana. Meski menggunakan bahasa tradisional, tetapi menurutnya ada maksud atau pemaknaan lagu yang tidak cocok dengan acara kenegaraan. "Jadi, memang ada perluasan arti. Tapi, ini dalam bahasa tradisional, apa yang terjadi itu, maksudnya mau benar, tapi tidak benar. Maksudnya mau betul tapi jadi salah," katanya, dikutip dari YouTube pada Kamis (24/8). Dia melanjutkan, saat ini di istana sudah ada berbagai variasi dan hiburan. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Dia menyoroti berbagai hiburan yang disuguhkan. "Bagus, ketika ada variasi, ketika dulu-dulu gak ada kereta kencana yang membawa bendera dari Monas ke Istana. Itu modifikasi yang bagus," lanjutnya. Roy menuturkan jika lagu ini sebenarnya berbahaya dan mempertanyakan konsultan yang mengizinkan Rungkad menggema di Istana. "Justru itu, ini kan berbahaya. Ada lagu, saya gak tahu siapa konsultannya. Yang kemudian mengizinkan lagu itu dinyanyikan," jelas Roy. Terlebih ada adegan saat seluruh peserta upacara asyik berjoget. Dia menilai apa yang dilakukan oleh peserta mengingatkannya pada peristiwa kelam bangsa ini saat terjadi G30 S PKI. "Adegan goyang-goyang itu kayak adegan di film-film pengkhianatan G30 S itu. Iya kan ada adegan-adegan pahlawan itu datang. Kemudian, ada orang menari, saya langsung ingat itu," pungkasnya.