Luhut Nyaris "Gone"

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 12 Februari 2024 03:49 WIB
Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) (Foto: MI/Repro Antara)
Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) (Foto: MI/Repro Antara)

Jakarta, MI -  Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, pada akhir tahun sebelumnya, tiba-tiba terkena penyakit yang begitu serius, sehingga membuatnya terpaksa menghentikan sementara pelaksanaan tugasnya sebagai menteri. 

Kondisi kesehatannya yang memprihatinkan bahkan mendorong Luhut untuk menjalani perawatan intensif di Singapura.

Kejadian pun ini menarik perhatian publik terhadap kesehatan seorang pejabat tinggi pemerintah dan menimbulkan pertanyaan mengenai tantangan yang dihadapi dalam menjalankan tugas pemerintahan di tengah tekanan dan beban kerja yang tinggi.

Luhut mengakui bahwa kondisinya menurun karena beban kerja yang besar sebagai Menteri Koordinator. 

Dia juga menuturkan bahwa sebelum jatuh sakit, ia sering melakukan perjalanan ke luar negeri dalam jangka waktu tertentu.

"Mungkin saya overload, betul-betul work out, apalagi travelling ke banyak negara. ke Afrika ke mana. Itu betul-betul melelahkan. Tapi saya nggak sadar rupanya bagaimanapun batas manusia itu ada," cerita Luhut dalam podcast Political Show Podcast CNN: Opung Luhut Is Back dikutip Monitorindonesia.com, Senin (12/2).

Salah satu yang menyita waktunya sebagai Menteri Koordinator adalah tugas kejar tayang penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Perlu diketahui, Luhut merupakan ketua Komite Kereta Cepat. Dia juga sempat bercerita proyek ini banyak sekali disebut tidak akan berhasil beroperasi tepat waktu dan optimal, namun nyatanya kini Luhut mengklaim moda transportasi itu berjalan dengan baik.

"Jadi saya waktu itu harus menyelesaikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, waktunya kita kejar, ada negosiasi segala macam. Orang kan banyak berharap tidak berhasil. Tapi alhamdulillah sih bagus. Dan banyak lagi seperti e-catalog dan kelapa sawit. Itu kan hal-hal yang kita pengin selesaikan untuk buat ekonomi kita utuh," ungkap Luhut.

Luhut pun mengakui dirinya banyak melakukan refleksi diri ketika sakit, apalagi dia mengaku kondisinya saat sakit sudah sangat kritis. Menurutnya, antara hidup dan mati beda tipis, pelajaran yang dia dapatkan adalah semua orang punya batas.

"Antara hidup dan mati itu tipis kok. Jadi jangan kita terlalu ambisius, jangan kita dendamin orang, atau merasa paling hebat. At the end, semua yang ada di bawah langit akan ada waktunya. Saya kemarin itu sakit nyaris gone," beber Luhut.

Di hari kondisi kesehatannya tiba-tiba drop, Luhut bercerita semua aktivitasnya masih berjalan normal. Bahkan di pagi harinya dia sempat berolahraga.

Rutinitas kehidupannya pun diakui Luhut berjalan dengan baik dan pola hidup sehat dilakukan dengan ketat olehnya.

Namun, sakit itu tetap menghampirinya, artinya semua orang punya batas.

"Wong saya pagi itu masih pergi ke kereta api, masih sehat seperti ini lho, saya treadmill waktu pagi. Saya hidup teratur, saya nggak pernah begadang lebih dari jam 10-11 malam."

"Saya olahraga teratur, makan teratur. Artinya ya tuhan punya mau lain, ini kesaksian hidup saya, jangan merasa kita ini nggak ada batasnya, you have a limit," tandasnya.