Uskup Timika: Raja Ampat Hancur Karena Kerakusan Oligarki dan Penguasa

Albani Wijaya
Albani Wijaya
Diperbarui 9 Juni 2025 14:54 WIB
Aktifitas Pertambangan di Kawasan Raja Ampat (Foto: Ist)
Aktifitas Pertambangan di Kawasan Raja Ampat (Foto: Ist)

Jakarta, MI- Uskup Keuskupan Timika Mgr. Bernadus Bofitwos Baru, OSA memberikan kritik tajam atas kerusakan lingkungan di wilaya Papua akibat aktifitas pertambangan. Khuhsusnya pada kawasan Raja Ampat yang sedang ramai menjadi perbincangan publik.

Hal itu disampaikannya dalam khotbah Pentakosa pada Minggu (8/6/2025) di Gereja Katedral Tiga Raja, Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Ia menyebut bahwa ada sekitar 2.000 hektare tanah di Papua telah dibabat hanya untuk kepentingan oligarki.

"Saya kira 2.000 hektare tanah di tanah Marind dibabat hanya untuk kepentingan oligarki dan ketamakan dan kerakusanya,” ujarnya." Kata Mgr. Bernadus Bofitwos Baru, OSA dala khotbahnya.

Ia juga mengkritik keras kerusakan lingkungan di kawasan Raja Ampat yang kini keindahan alamnya mulai hancur dikarenakan ketamakan serta kerakusan oligarki dan penguasa.

"Dan juga ini, Raja Ampat yang indah mulai hancur karena ketamakan dan kerakusan oligarki dan pengusa dengan slogan demi proyek strategis nasional," ujarnya.

Sebagai informasi, permasalahan tambang nikel yang ada di kawasan Raja Ampat kini tengan menjadi sorotan publik usai Greenpeace Indonesia melakukan aksi protes saat di acara Indonesia Critical Minerals Conference and Expo pada Selasa (3/6/2025).

Juru kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik mengatakan bahwa aksi protes tersebut dilakukan pihaknya sebagai salah satu bentuk keperihatinan dan kekecewean terhadap pemerintah atas diterbitkannya izin usaha pertamabang (IUP) di kawasan Raja Ampat.

Ia menjelaskan bahwa aktifitas pertambangan nikel di pulau-pulau kecil yang ada di kawasan tersebut akan berdampak buruk bagi kelestarian alam dan ekosistem di kawasan Raja Ampat. 

"Kalau diteruskan ini akan merusak lingkungan pulau tersebut," kata Iqbal. 

Topik:

Uskup Timika Mgr. Bernadus Bofitwos Baru Tambang Nikel Raja Ampat Papua