BMKG: Petani dan Nelayan Kelompok Rentan Terdampak Perubahan Iklim

wisnu
wisnu
Diperbarui 30 Maret 2022 15:12 WIB
Jakarta, MI – Para petani dan nelayan merupakan kelompok paling rentan terdampak fenomena perubahan iklim dunia. Hal itu diungkap Badan Meteorologi Kalimatologi dan Geofisika (BMKG). Karena dampak yang begitu dirasa oleh petani dan nelayan, BMKG sejak tahun 2011 mengadakan Sekolah Lapang Iklim setiap tahunnya untuk memberikan pemahaman dan kemampuan petani dan nelayan dalam membaca cuaca dan iklim, serta beradaptasi secara tepat untuk meningkatkan produksi panen dan tangkapan ikannya. "Hal tersebut dapat mengancam keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam sambutannya memperingati Puncak Hari Meteorologi Dunia ke-72 secara daring yang dipantau redaksi, Rabu (30/3). Dwikorita mengatakan, lebih dari 22.600 petani dan nelayan dari berbagai penjuru Tanah Air telah dilatih dan diberdayakan. Tetapi, itu semua belum cukup untuk memperkuat ketahanan dan ketangguhan petani dan nelayan di Indonesia yang berjumlah lebih dari 35 juta. Baca juga: Presiden Jokowi Beri Peringatan Dampak Perubahan Iklim Kegiatan edukasi tersebut masih perlu lebih digencarkan secara lebih masif. Karenanya, BMKG terus mengundang dan mengajak berbagai pihak dari pemerintah, terutama kalangan swasta, akademisi dan masyarakat serta media untuk berkolaborasi demi mewujudkan satu juta petani dengan satu juta nelayan andal dan berketahanan iklim serta tangguh bencana. "Kebutuhan tersebut sangat tepat dalam membangun dan memodernisasikan BMKG sehingga menjadi lebih andal dalam melakukan mitigasi dan pengurangan risiko bencana, serta membangun serta mendukung pembangunan multisektor," jelasnya. Dalam kesempatan tersebut, acara diisi dengan arahan Presiden RI Joko Widodo untuk peringatan Hari Meteorologi Dunia, dan keynote speech oleh tokoh pelopor penguatan dan modernisasi BMKG sekaligus Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri. BMKG melakukan ekspose monitoring dan pengawasan atmosfer global oleh Stasiun Global Atmospheric Watch (GAW) BMKG di Bukit Koto Tabang, Sumatra Barat. Selain itu, BMKG juga melakukan ekspose Sekolah Lapang Iklim di Magelang, Jawa Tengah, Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Kupang, Nusa Tenggara Timur serta Sekolah Lapang Gempa Yogyakarta, DIY.