Warganya Suspek Hepatitis, Gubernur Jatim Minta Warga Tak Panik

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 6 Mei 2022 19:15 WIB
Jakarta, MI - Penyakit hepatitis dikabarkan tengah mewabah di dunia, bahkan diduga sudah masuk ke Indonesia. Pemerintah Provinsi Jawa Timur pun tengah mewaspadai kejadian kasus hepatitis akut yang belum diketahui etiologi atau penyebabnya itu. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak panik, tetapi sigap melihat gejala yang ditimbulkan. Hal tersebut, kata Khofifah, merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Kementerian Kesehatan nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang belum diketahui etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022 lalu. "Maka semua orang, baik anak kecil maupun dewasa, harus punya awareness akan bahaya penyakit ini. Kita juga wajib gercep melihat gejalanya. Karena semakin cepat ditangani, peluang untuk menghindari hal yang tidak diinginkan semakin besar," kata Khofifah, Jumat (6/5). Khofifah menyebut, gejala klinis dari hepatitis akut ini antara lain nyeri perut bagian bawah, diare, muntah-muntah, serta peningkatan enzim hati. Hingga saat ini, tidak ditemukan gejala demam dalam sebagian besar kasus. Meski begitu, ia mengingatkan agar tidak lengah jika ada warga masyarakat yang mengalami demam. "Jangan anggap sepele gejala yang ada. Walaupun jarang ada pasien hepatitis akut ini yang menderita demam, tapi alangkah baiknya kalau masyarakat langsung memeriksakan diri ke faskes terdekat kalau sudah merasa tidak enak badan," ujar dia. Selain itu, Khofifah juga menekankan pentingnya tindakan preventif dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta protokol kesehatan. Ia juga mengingatkan agar masyarakat menjaga satu sama lain dengan saling mengawasi. "Kita juga harus saling jaga dan melihat satu sama lain. Yang dewasa mengawasi anak-anak dan yang muda juga menjaga yang tua. Pokoknya harus bersinergi karena sebelumnya sudah kita buktikan kalau akan lebih mudah melewati masa krisis jika kita saling menjaga bersama-sama," ucap Khofifah. Khofifah menegaskan bahwa pemerintah akan terus berusaha menangani situasi yang ada. Semua pihak, lanjut dia, akan mengambil peran menyelesaikan masalah ini. "Insya Allah, pemerintah akan meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan yang bisa diakses semua orang. Tapi ini bukan hanya beban yang ada di Dinas Kesehatan ataupun turunannya, melainkan juga tanggungjawab Gubernur serta Bupati/Walikota di Jatim serta seluruh elemen masyarakat untuk mencegah Hepatitis akut jenis ini mewabah di Jatim," ujar dia. Untuk itu, Khofifah mengajak masyarakat agar tetap tenang dalam menghadapi potensi kritis yang disebabkan hepatitis akut tersebut. "Untuk mencegah dan mengendalikan penularan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya di Jawa Timur, saya mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati namun tetap tenang," tegas dia. "Selain menjaga prokes dan menerapkan gaya hidup sehat, untuk sementara jangan dulu berenang di kolam renang umum, tidak bermain di playground, serta hindari menyentuh hand railing, knop pintu, dinding, dan benda lain yang sering dipegang orang," imbuhnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dr. Erwin Astha Triyono menjelaskan, untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, Dinkes Jatim telah melakukan koordinasi dengan kab/kota dan jejaring Dinas Kesehatan, rumah sakit, serta Puskesmas. "Kami juga membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor. Selain itu, Dinkes Jatim juga terus melakukan promosi kesehatan melalui media KIE agar masyarakat dapat memahami gejala Hepatitis akut tersebut," tutur dia. Sebagai informasi, per 21 April 2022, tercatat ada 169 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya. Kasus-kasus tersebut berasal dari 12 negara yang mayoritas berada di Benua Eropa. Negara-negara tersebut adalah Inggris dengan 114 kasus, Spanyol dengan 13 kasus, Israel dengan 12 kasus, Amerika Serikat dengan 9 kasus, Denmark dengan 6 kasus, dan Irlandia dengan kurang dari 5 kasus. Sementara itu, Belanda dan Italia masing-masing melaporkan 4 kasus, di mana Perancis dan Norwegia masing-masing 2 kasus. Sedangkan, Romania dan Belgia baru mencatat 1 kasus. Ke-169 kasus tersebut terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak atau sekitar 10 persen dari total pasien membutuhkan transplantasi hati. (La Aswan)

Topik:

Hepatitis