Hari Pahlawan Mentan Syahrul Panen Padi, Aplikasi Biosaka di Kabupaten Blitar

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 11 November 2022 00:35 WIB
Blitar, MI - Momentum Hari Pahlawan Nasional, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, berkunjung ke Blitar untuk melakukan panen raya di Desa Tegalrejo Kecamatan Selopuro, Kamis (10/11). Mentan Syahrul pun ikut menyosialisasikan panen padi aplikasi Biosaka seluas 57 ha, dari Gapoktan Tani Rahayu Desa Tegalrejo.Serta memuji penggunaan elisitor (Alternatif campuran pupuk) biosaka.Biosaka merupakan inovasi petani Blitar dalam memanfaatkan bahan alami untuk perangsang tanaman selain pupuk dan pestisida. "Hari ini saya diajarkan oleh petani Blitar membuat bahan campuran pupuk melalui biosaka. Ini sumbernya dari alam kembali ke alam,"ujar Syahrul. Syahrul mengaku takjub dengan inovasi para petani Blitar yang telah menciptakan biosaka untuk membantu meningkatkan produktivitas pertanian. Penerapan biosaka dalam pertanian di Kabupaten Blitar menunjukkan hasil yang bagus. "Hasilnya pertanian di sini sampai 9 ton per hektar menggunakan biosaka itu. Ini juga mengurangi lebih dari 50 persen penggunaan pupuk yang ada. Kemudian produktivitasnya juga sangat tingi," jelasnya. Biosaka terbuat dari minimal segenggam minimal 5 jenis rumput yang sehat yang dicampur dengan 2 liter air dalam wadah. Bahan itu kemudian diremas-remas hingga menghasilkan ramuan homogen. Cairan itu kemudian disemprotkan ke tanaman. Menurut Syahrul, inovasi dalam pertanian termasuk penerapan biosaka bisa dicontoh daerah lain. Khususnya di Pulau Jawa yang memiliki unsur kesuburan tanah yang bagus. Lebih lanjut, Syahrul berharap lumbung pangan yang ada di Kota/Kabupaten maupun di masing-masing provinsi bisa dihidupkan. Hal itu sebagai bentuk antisipasi ketahanan pangan saat menghadapi cuaca yang ekstrem. "Termasuk lumbung-lumbung pangan di desa harus kita hidupkan lagi. Minimal untuk mengantisipasi kalau ada cuaca yang sangat ekstrem yang menghadang kita di depan.Tapi kita pun berharap itu tidak terjadi,"pungkasnya. Sementara itu, Bupati Blitar Rini Syarifah mengatakan salah satu permasalahan memang sarana produksi, selama ini yaitu kurangnya alokasi pupuk subsidi sehingga diperlukan inovasi teknologi yang murah efisien dan mudah diaplikasikan oleh petani salah satu inovasi teknologi yaitu aplikasi biosaka yang dapat mengurangi penggunaan pupuk sampai dengan 50%. "Untuk itu saya menyambut baik temuan ini dan berharap bisa dikembangkan pada seluruh lahan pertanian yang ada di Kabupaten Blitar, karena tanaman organik bertujuan untuk efisiensi biaya produksi petani, bahannya murah dan mudah didapat serta ramah lingkungan karena dibuat dari bahan organik sehingga bisa menghasilkan beras yang sehat yang tidak banyak akumulasi zat kimia," ujar Rini.Pada Kesempatan yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengungkapkan Biosaka itu bukan pupuk, bukan pestisida, tetapi elisitor berperan sebagai signaling bagi tanaman tumbuh dan berproduksi lebih bagus, hemat pupuk kimia sintetis, meminimalisir hama penyakit, lahan menjadi lebih subur. Biosaka ini disebut elisitor dari ilmu epigenetic bisa didekati ilmu kinesiologi, sudah banyak riset dan jurnal tentang elisitor. "Di lokasi uji coba demplot standing crop jagung, padi dan tanaman lainnya dengan biosaka lebih bagus dibandingkan tidak biosaka, produksi lebih tinggi dengan hemat 50% pupuk kimia. Dilakukan uji laboratorium menunjukkan bahwa biosaka bukan rumput, dan kandungan hormon, spora dan bakteri nya tinggi bagus sebagai PGPR, ZPT dan sejenisnya, kajian lanjut dengan LCMS dan PCR segera selesai dan kini ada 2 orang ITB sedang riset disini, wellcome untuk akademisi dan peneliti meneliti Biosaka. Ini sudah banyak petani di daerah lain menerapkan biosaka, semakin meluas," jelas Suwandi. "Manfaat ramuan biosaka biaya nol rupiah gratis dapat dibuat sendiri, tidak ada risiko kerugian bagi petani dan tanaman, hemat biaya pupuk kimia dan pestisida kimiawi sintetis hingga dua juta rupiah di Blitar ini; meminimalisir serangan hama penyakit, lahan menjadi subur dan produksi lebih bagus," tambahnya. Sebagai informasi, jumlah Aplikasi Biosaka di kabupaten Blitar seluas 12.000 ha tersebar di 22 kecamatan di Kabupaten Blitar diaplikasikan pada: padi, jagung, kedelai, melon, cabai, tomat, kacang panjang, buncis, brokoli, kubis, jeruk, kopi, terong, blimbing. (ADV/Kom/JK) #Mentan Syahrul Panen Padi