Seruan Militansi Iman di Temu Akbar OMK Keuskupan Sintang

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 27 Juni 2024 11:19 WIB
RD. Deodatus Kolek (Foto: Dok MI/Pribadi)
RD. Deodatus Kolek (Foto: Dok MI/Pribadi)

Melawi, MI - Militan, militan, militan! Kata ini diserukan berulang-ulang oleh kaum muda di acara Tarian Kolosal dalam Teater pada acara opening ceremony Temu Akbar (Tebar) Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Sintang di Nanga Pinoh-Kabupaten Melawi, Selasa (25/6/2024). 

Lebih dari 1.200 Orang Muda Katolik se-Keuskupan Sintang hadir dalam pertemuan ini. 

Seruan militansi dalam teater itu ingin menegaskan tema Tebar OMK Keuskupan Sintang “OMK Militan dan Berdaya Ubah”. 

Tema ini diusung untuk OMK Keuskupan Sintang mengingat kenyataan di beberapa tempat yang menunjukkan tanda-tanda melemahnya penghayatan iman dalam hidup menggereja. 

Refleksi Uskup Sintang 
Refleksi Uskup Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM.Cap pada lima tahun kepemimpinannya di Keuskupan Sintang menegaskan pentingnya militansi itu. Saat menjawab pertanyaan, “Apa saja yang menjadi fokus pastoral Monsinyur di Keuskupan Sintang?” Mgr. Samuel menjawab, “Pertama, perlunya militansi dalam beragama…. Militansi itu penting, supaya jangan kita diombang-ambing ke sana kemari, orang ngomong ini dan itu kita ikut saja, tidak punya pendirian.” (HIDUP, Edisi No. 12, Tahun ke-76, Minggu, 20 Maret 2022).

Dalam pesan tertulis kepada kaum muda di acara Tebar OMK tahun 2024 ini Mgr. Samuel mengungkapkan, “Militansi dan kemampuan untuk mengikuti tuntutan perubahan zaman dan tempat, serta kemampuam beradaptasi tanpa kehilangan jati diri dibutuhkan setiap orang, secara khusus kaum muda yang sedang menjalani proses pendewasaan untuk menjadi pribadi militan serta yang sanggup berubah sebagaimana mestinya".

"Kalau tidak orang muda ini, atau siapapun, akan terombang ambing tanpa memiliki kejelasan arah dan sasaran perjuangan. Tujuan harus jelas, yakni merebut kemenangan, seperti layaknya seorang militer di medan pertempuran.”

Ide dari refleksi Mgr. Samuel ini, kesepakatan dari panitia dan sesuai peta jalan arah dasar Keuskupan Sintang tahun 2024 yang menjadi tahun persekutuan melahirkan tema militansi untuk Tebar kali ini. Salah satu acara untuk kaum muda dan meningkatkan militasi mereka dalam iman dan hidup menggereja Katolik.  

Gempuran Persoalan 
Kaum muda Keuskupan Sintang sebagaimana orang muda di berbagai tempat sedang digempur dengan berbagai persoalan hidup di tengah zaman ini. Ada kaum muda yang jatuh ke dalam perasaan tidak aman entah karena keluarga yang kurang harmonis, entah karena persolan ekonomi. 

Perasaan itu dengan mudah menimbulkan kekecewaan dan kebosanan. Ada juga kaum muda yang karena persoalan keluarga dan ekonomi itu sampai jatuh pada  kepada kesedihan yang mendalam dan depresi. 

Ada sebagian kaum muda bergulat dengan ekses negatif teknologi. Kecanduan games yang berkepanjangan sehingga menjadi tidak produktif, kecanduan pornografi, jatuh pada judi online, merasa sendirian dan kesepian di tengah kerumunan serta efek-efek lain dari maraknya aplikasi yang tersedia di telepon genggam mereka.

Kaum muda ada yang jatuh pada jalinan relasi dengan lawan jenis yang tidak sehat sehingga bisa terjadi seks di luar nikah. Hal ini ada yang sampai pada kasus infeksi menular seksual (IMS) di antara kaum muda. Karena hubungan itu ada juga yang jatuh pada kasus hamil di luar nikah sehingga harus berhenti sekolah dan mau tidak mau membangun hidup berkeluarga yang belum direncanakan secara matang. 

Persoalan lain ialah ada kaum muda yang peka pada praktik-praktik religius. Mereka menjadi pengikut yang bersemangat pada kelompok-kelompok tertentu dan belum mendalami secara menyeluruh akan maksud dan efek dari praktik-praktik itu. 

Praktik-praktik religius yang berbau kebudayaan dan pelestarian kebudayaan bisa saja memuaskan mereka secara psikologis tetapi bisa saja menggiring mereka menjadi acuh tak acuh dalam hidup iman menggereja yang sejati.

Banyak kaum muda dalam penghayatan imannya masih berada dalam tataran permukaan di mana mereka hanya ikut-ikutan dan belum ada gairah untuk mendalami secara lebih dalam ajaran iman Katolik. 

Fasilitas internet yang tersedia masih belum menjadi alat bantu yang memadai untuk mereka mendalami iman. Ketergantungan mendengarkan dari kaum tertahbis dan pengajar iman masih jadi prioritas utama. 

Padahal kaum tertahbis dan pengajar iman ini masih terbatas jumlah dan jangkauannya.

Ada persoalan eksternal yang kadang banyak mendapat komentar dari para tokoh dalam Gereja Katolik. Persoalan itu ialah beberapa kaum muda yang meninggalkan Gereja karena jodoh. 

Dari pihak Katolik jika mendapat jodoh dari non-Katolik selalu mengalah dan mengikuti agama pasangannya. Persoalan ini tentu tidak mudah dalam penyelesaiannya tetapi jelas menampar wajah Gereja.

Menjadi jawaban 
Ada bahaya bahwa kaum muda Katolik yang mengalami gempuran persoalan itu tidak tahan. Daya ketahanan melemah dan akhirnya bisa jatuh pada pilihan yang nampaknya menjanjikan tetapi sebenarnya palsu. Menanggapi persoalan itulah, ide-ide supaya kaum muda kuat dan semangat perlu diberikan. 

Dalam penampilan teater malam pembuka Tebar itu, ada lirik lagu yang menarik. Liriknya diulang-ulang berbunyi, “Kamilah jawaban, jawaban, jawaban. Kamilah jawaban, jawaban, jawaban.” 

Dalam pengertian khusus, kaum muda Katolik yang mengikuti acara Tebar menjadi jawaban untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup yang mereka alami. 

Seperti yang diungkapkan dalam misa pembuka Tebar oleh Vikjen Keuskupan Sintang, RD. Leonardus Miau, “Orang-orang Muda Katolik harus bersemangat dan bergairah. Berakar dan dibangun di dalam Kristus sendiri. Harapannya untuk kalian yang bertemu  di sini untuk terus memupuk semangat, berani berkurban, percaya kepada Tuhan melaksanakan kehendak Tuhan dengan demikian kalian semua manjadi orang muda yang militan. Orang muda jangan jadi musibah demokrasi.”

Dalam pengertian lain semua menjadi jawaban bagi kaum muda untuk keluar dari lilitan persoalan mereka. Gereja menjadi jawaban. Oleh karena itu, melalui kegiatan Tebar ini Gereja Keuskupan Sintang dengan mmenjalankan reksa pastoral orang muda yang lebih fleksibel.

Kegiatan ini mengajak orang-orang muda untuk mengikuti berbagai acara yang memberi mereka ruang tidak hanya untuk belajar, tetapi juga memungkinkan mereka untuk membagikan hidup, bergembira, bernyanyi, mendengarkan kesaksian nyata dan mengalami perjumpaan komunitas dengan Allah yang hidup (Petunjuk untuk Katekese, 252).