Hari Kemerdekaan dan Drama Anggaran: Pj Gubernur Malut Buka Kartu

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 18 Agustus 2024 4 jam yang lalu
Pj Gubernur Maluku Utara, Samsuddin Abdul Kadir disambut Kepala BPKAD Ahmad Purbya dan Sopir setianya, Arman, usai mengikuti upacara penurunan benderan, di halaman kantor gubernur Malut, Sofifi, Sabtu (17/8/2024) (Foto: MI/Rais Dero)
Pj Gubernur Maluku Utara, Samsuddin Abdul Kadir disambut Kepala BPKAD Ahmad Purbya dan Sopir setianya, Arman, usai mengikuti upacara penurunan benderan, di halaman kantor gubernur Malut, Sofifi, Sabtu (17/8/2024) (Foto: MI/Rais Dero)

Sofifi, MI – Dalam peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-79, Penjabat (Pj) Gubernur Maluku Utara (Malut), Samsuddin Abdul Kadir, muncul dengan gaya santai namun penuh makna.

Setelah mengikuti upacara di halaman kantor gubernur Malut, di Sofifi, ia membagikan pandangan yang menggugah sekaligus mencerminkan tantangan pembangunan di provinsi ini.

Samsuddin memulai dengan pernyataan unik dan menggoda. "Jadi kecepatan pembangunan provinsi Maluku Utara itu lebih cepat daripada uangnya, kira-kira begitu, ah hahahaa," ujarnya, di Sofifi, (17/8/2024), sambil tersenyum lebar di hadapan wartawan, di rumah dinasnya. Pernyataan ini mengundang tawa, namun di balik candaan tersebut, Samsuddin menekankan bahwa semangat pembangunan di Maluku Utara tidak selalu sejalan dengan anggaran yang tersedia.

Ia menjelaskan bahwa meskipun pembangunan terus dilakukan, penyerapan anggaran seringkali tertinggal. "Artinya kita sudah membangun dari tahun lalu kalau ditanya soal penyerapan uang, dari tahun lalu, kita serap sekarang, kan begitu," jelas Samsuddin, menyoroti bahwa percepatan pembangunan sering kali mendahului kemampuan daerah dalam menyalurkan anggaran secara efektif.

Mengejar pembangunan di tengah keterbatasan

Samsuddin juga membahas pentingnya pengelolaan anggaran yang tepat di tengah keterbatasan fiskal. Ia menekankan perlunya alokasi anggaran yang hati-hati dan berbasis prioritas. 

"Kita tentu saja akan menyesuaikan dari 42 menjadi 36 berarti ada 600 miliar, ini harus betul-betul TAPD harus bekerja untuk melihat yang mana-mana sangat penting untuk kita dorong untuk dilaksanakan," tegasnya.

Ia juga menyoroti anggaran yang tidak habis-habis, yang menurutnya patut dipertanyakan. "Nah, jadi dari sisi percepatan pembangunan, lain cerita dengan orang yang punya anggaran tahun ini yang tidak habis-habis, nah itu yang bisa kita mempertanyakan," katanya. Meski demikian, Samsuddin tetap optimis bahwa Maluku Utara dapat terus maju meskipun menghadapi tantangan fiskal.

Selain itu, utang pemerintah provinsi Maluku Utara terhadap kontraktor dan dana bagi hasil (DBH) kabupaten kota yang diperkirakan masih mencapai ratusan miliar rupiah tersebut belum juga terselesaikan.

Menggali sejarah Kemerdekaan: perenungan untuk generasi muda

Di acara terpisah, Samsuddin juga mengajak untuk merenung tentang makna kemerdekaan. Dalam acara malam ramah tamah dengan anggota Paskibraka di Sofifi, ia menguraikan sejarah panjang perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Dengan detail yang memikat, Samsuddin menceritakan situasi global dan nasional saat Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan.

"Kalau kita baca sejarah Perang Dunia Kedua, kita tahu bahwa ada poros Jerman melawan poros Sekutu. Nah, dalam perjalanannya, awalnya kemenangan ada di poros Jerman yang bersama-sama juga dengan Jepang. Namun, setelah Jepang memasuki wilayah Indonesia pada tahun 1942, mereka mendominasi dan menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia," tutur Samsuddin, mengajak pendengar untuk memahami kompleksitas situasi pada masa itu.

Ia juga menjelaskan bagaimana Jepang akhirnya kalah dalam perang, dan janji kemerdekaan yang semula diberikan kepada Indonesia mulai diragukan. "Pada saat bulan Juli sampai September, Perdana Menteri Jepang saat itu telah menjanjikan kemerdekaan pada bulan Desember, tapi ternyata pada bulan April dia turun dari jabatannya. Nah, Indonesia mulai bertanya-tanya bagaimana dengan kemerdekaan kita," lanjut Samsuddin.

Kisah semakin menarik ketika Samsuddin menceritakan bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki, yang akhirnya memaksa Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. 

"Begitu mereka tiba di Indonesia, Sutan Sjahrir menyatakan Jepang sudah kalah, kita tidak usah lagi berharap mendapatkan kemerdekaan dari Jepang," ungkap Samsuddin, menunjukkan bahwa para pemuda saat itu harus bertindak cepat untuk memastikan kemerdekaan Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan: langkah berani yang tepat waktu

Samsuddin melanjutkan dengan menggambarkan betapa krusialnya langkah yang diambil oleh para pemimpin bangsa, khususnya Soekarno dan Hatta, untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. 

"Proklamasi pada 17 Agustus 1945 merupakan langkah berani yang diambil tepat pada waktunya, sebelum Sekutu tiba di Indonesia. Kalau tidak, kita mungkin harus meminta kemerdekaan dari Belanda, dan itu akan sangat berbeda maknanya," jelas Samsuddin.

Ia menekankan bahwa meskipun proklamasi telah dikumandangkan, perjuangan tidak berhenti di sana. "Jadi tidak setelah 17 Agustus kita langsung bebas, tidak. Masih ada perang setelah itu," ujarnya, mengingatkan bahwa Indonesia harus menghadapi dua kali agresi militer Belanda setelah kemerdekaan. 

Hal ini menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak didapatkan secara cuma-cuma, melainkan melalui perjuangan panjang dan penuh pengorbanan.

Samsuddin juga menggarisbawahi pentingnya pengibaran bendera oleh anggota Paskibraka sebagai simbol semangat dan perjuangan pemuda Indonesia pada waktu itu.

“Pengibaran bendera ini adalah simbol betapa luar biasanya semangat para pemuda kita, yang harus kita banggakan," katanya dengan penuh kebanggaan.

Pesan untuk generasi muda: mengisi kemerdekaan dengan prestasi

Di akhir pidatonya, Samsuddin menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda, terutama anggota Paskibraka, untuk terus menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan prestasi. 

Ia menekankan bahwa perjuangan kemerdekaan bukanlah hasil pemberian, tetapi dari kerja keras dan keberanian para pendahulu. 

"Kemerdekaan ini adalah hasil perjuangan yang tidak mudah, dan kita harus menjunjung tinggi serta mengisinya dengan hal-hal yang membanggakan," pungkasnya.

Dengan gaya yang penuh warna, Samsuddin Abdul Kadir tidak hanya menyampaikan pidato informatif tetapi juga menggugah semangat dan kesadaran sejarah bagi seluruh masyarakat Maluku Utara, khususnya generasi muda sebagai penerus perjuangan bangsa. (Rais Dero)