Pemkot Blitar Gelar Wayang Kulit dan Campursari, Wujud Lestarikan Warisan Budaya Bangsa

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 25 Agustus 2024 21:21 WIB
Sesi foto bersama Sekda Pemkot Blitar bersama para dalang (Foto: Dok MI/Joko Prasetyo)
Sesi foto bersama Sekda Pemkot Blitar bersama para dalang (Foto: Dok MI/Joko Prasetyo)

Blitar, MI - Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit Lakon "WIROTHO PARWO" dan Campursari. 

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Peringatan HUT Republik Indonesia Ke-79 dan Penguatan Pendidikan Karakter Anti Korupsi Berbasis Kearifan Lokal. Bertempat di Museum PETA, Kota Blitar pada Sabtu (24/8/2024) malam.

Kegiatan ini, dihadiri Sekretaris Daerah Kota Blitar Priyo Suhartono, juga tampak hadir Asisten, Staf Ahli, Kepala OPD di lingkungan Pemkot Blitar.

Pagelaran wayang dengan menghadirkan 4 dalang sekaligus. Selain itu juga dimeriahkan campursari dengan bintang tamu Proborini. Dan dimeriahkan juga pertunjukan seni tari dari Sanggar Kembang Sore dan Komunitas Kebaya Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Sekda Priyo Suhartono mengingatkan, sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya kita mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai kegiatan positif yang dapat memperkuat jati diri dan mempererat tali persaudaraan.

"Wayang Kulit dan Campursari merupakan warisan budaya yang sarat dengan nilai-nilai luhur. Keduanya tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menginspirasi kita semua," ujar Priyo dalam sambutannya.

Lebih lanjut Sekda menyampaikan, wayang merupakan bagian dari upaya melanjutkan Trisakti Bung Karno, yaitu berkepribadian dalam kebudayaan.

Wayang juga menjadi salah satu kesenian yang disukai Bung Karno, sampai Bung Karno punya nama samaran adalah Bima.

Menurutnya, wayang kulit dan campursari adalah dua bentuk seni pertunjukan yang sangat populer di Indonesia, khususnya di Jawa. Keduanya memiliki akar budaya yang kuat dan mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam.

Priyo menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi sekaligus melestarikan budaya yang mungkin selama ini terpinggirkan oleh pesatnya modernisasi dan perkembangan teknologi informasi.

Pagelaran yang berlangsung di tempat bersejarah ini juga menjadi momentum yang tepat.

Museum PETA dikenal sebagai lokasi yang erat kaitannya dengan perjuangan Sudanco Soeprijadi, seorang pahlawan Blitar yang berani melawan tentara Jepang dengan memimpin pemberontakan PETA.

Priyo berharap melalui pagelaran ini, masyarakat dapat merasakan kembali nilai-nilai perjuangan serta semangat nasionalisme yang diwariskan oleh para pahlawan. "Melalui seni, kita dapat merenungkan makna kemerdekaan serta bersatu dalam semangat membangun bangsa yang lebih baik," tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Priyo juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan acara. 

"Semoga kerja keras dan dedikasi bapak/ibu sekalian mendapatkan berkah dan ridho dari Tuhan Yang Maha Esa," tutupnya.

Acara Wayang Kulit dan Campursari ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat Blitar, menjadi simbol penting dalam pelestarian budaya dan penguatan identitas bangsa di tengah arus globalisasi. (Joko Prasetyo/ADV/Kominfo Kota)

 

Topik:

kulit-lakon-wirotho-parwo campursari blitar pemkot-blitar