Peluang Kemenangan Tersedia Bagi Empat Pasangan


Sofifi, MI – Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Maluku Utara 2024 telah memasuki tahap akhir, dengan masa kampanye yang resmi ditutup pada 23 November 2024.
Pada tanggal 27 November 2024, masyarakat Maluku Utara akan menentukan pemimpin provinsi mereka untuk lima tahun ke depan.
Namun, persaingan ketat antara empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur semakin seru seiring dengan semakin dekatnya hari pencoblosan.
Hasil survei terbaru menunjukkan bahwa masih ada dinamika yang terjadi di masyarakat, dengan tren dukungan yang bergerak naik-turun untuk beberapa pasangan calon.
Survei yang dilakukan oleh dua lembaga survei, Malut Institute dan Indikator Politik Indonesia, memberikan gambaran yang berbeda mengenai elektabilitas masing-masing pasangan calon.
Sultan Tidore Husain Alting Sjah dan Asrul Rasyid Ichsan masih memimpin dalam survei yang dilakukan oleh Malut Institute, namun pasangan ini menghadapi tantangan besar dengan tren penurunan dukungan.
Di sisi lain, pasangan Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe dan Muhammad Kasuba-Basri Salama semakin menunjukkan peningkatan, sementara pasangan Aliong Mus-Sahril Taher memanfaatkan kekuatan partai besar mereka untuk bersaing di papan atas.
Survei yang dilakukan oleh Malut Institute pada 12-21 November 2024 menunjukkan bahwa pasangan Sultan Tidore Husain Alting Sjah-Asrul Rasyid masih memimpin dengan elektabilitas sebesar 38,3%.
Pasangan ini memperoleh dukungan terbanyak, namun hasil survei ini juga mencatatkan adanya penurunan dibandingkan dengan survei sebelumnya. Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe berada di posisi kedua dengan dukungan 25%.
Sementara pasangan Muhammad Kasuba-Basri Salama memperoleh 21,9%, dan pasangan Aliong Mus-Sahril Taher hanya mendapatkan 12,8%. Survei ini juga mencatatkan 2% responden yang tidak memberikan jawaban.
Vivi Aritonang, Vice Director Malut Institute, menilai bahwa meskipun Sultan Tidore Husain Alting Sjah dan Asrul Rasyid masih memimpin dalam survei spontan, dinamika politik yang berkembang menjelang pemilu dapat mempengaruhi hasil akhir.
“Nama mereka masih melekat di memori publik, terutama di wilayah dengan pemilih loyal. Namun, tren penurunan ini menunjukkan bahwa pergeseran suara bisa saja terjadi di hari-hari terakhir, apalagi dengan kondisi politik yang begitu dinamis,” ujar Vivi.
Sementara itu, Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe menunjukkan lonjakan elektabilitas yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Indikator Politik Indonesia, dalam hasil surveinya, mencatatkan bahwa pasangan ini berhasil meraih 47,5% dukungan, naik tajam dari 40,7% pada survei sebelumnya.
Hendro Prasetyo, peneliti utama Indikator Politik Indonesia, mengungkapkan bahwa lonjakan ini dipicu oleh sentimen simpati publik terhadap Sherly setelah peristiwa tragis yang menimpa suaminya, Benny Laos.
“Publik melihat Sherly sebagai penerus perjuangan suaminya. Ditambah dengan kepercayaan terhadap kemampuan perempuan dalam memimpin, hal ini menjadi faktor utama yang mendorong lonjakan dukungan,” kata Hendro.
Kenaikan elektabilitas ini menjadikan Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe sebagai salah satu kandidat yang paling diperhitungkan dalam Pilgub Maluku Utara.
Meski awalnya tidak diprediksi akan menjadi pesaing utama, dukungan yang semakin besar menjelang hari pencoblosan menjadikan pasangan ini sangat serius dalam kompetisi.
Muhammad Kasuba-Basri Salama tetap mempertahankan kekuatan mereka di Halmahera Selatan, yang menjadi basis sentral Muhammad Kasuba. Sebagai mantan bupati dua periode, Muhammad Kasuba memiliki loyalitas politik yang sangat kuat di daerah ini.
Pasangan ini juga mendapatkan dukungan signifikan dari Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Halmahera Tengah dan Kepulauan Sula, serta beberapa daerah lainnya. Seperti Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan.
Di samping itu, Basri Salama juga memiliki pengaruh di Tidore Kepulauan, Halmahera Tengah, Kota Ternate, Halmahera Timur dan beberapa wilayah lainnya, yang memberikan mereka kekuatan lebih dalam persaingan Pilgub ini.
Namun, meskipun memiliki basis yang kuat, Muhammad Kasuba dan Basri Salama harus menghadapi persaingan ketat dari pasangan lainnya, seperti Sultan Tidore Husain Alting Sjah-Asrul Rasyid dan Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe, yang juga menargetkan Halmahera Selatan sebagai salah satu wilayah krusial untuk meraih kemenangan.
Aliong Mus-Sahril Taher, meskipun berada di posisi keempat dalam survei Malut Institute, diprediksi tetap memiliki peluang besar untuk mengejar ketertinggalan.
Pasangan ini mendapatkan kekuatan besar dari Partai Golkar dan Partai Gerindra, dua partai besar yang memiliki jaringan politik solid di Maluku Utara.
Gerindra, sebagai partai penguasa di Indonesia saat ini, memberi dukungan kuat bagi pasangan Aliong Mus dan Sahril Taher untuk meraih posisi orang nomor satu dan nomor dua di daerah ini.
Pada Pilgub 2024, banyak yang meyakini bahwa Gerindra memiliki peluang besar untuk memenangkan kursi gubernur, mengingat pada pilkada-pilkada sebelumnya, posisi gubernur Maluku Utara sering kali dipegang oleh kader dari partai berkuasa.
Misalnya, pada pilkada sebelumnya, Thaib Armaiyn yang didukung oleh Partai Demokrat dan Abdul Gani Kasuba yang menang dengan dukungan PDI Perjuangan. Dengan demikian, Gerindra memiliki peluang besar untuk mendominasi Pilgub kali ini.
Secara keseluruhan, Halmahera Selatan dan Halmahera Utara diprediksi menjadi dua wilayah strategis yang akan sangat menentukan hasil Pilgub 2024.
Di Halmahera Selatan, Muhammad Kasuba-Basri Salama diperkirakan akan menghadapi persaingan sengit dari Sultan Tidore dan Sherly Tjoanda.
Halmahera Utara juga diprediksi akan menjadi medan persaingan ketat, dengan Muhammad Kasuba, Sherly, dan Aliong Mus-Sahril Taher saling berebut dukungan.
Di Ternate, hasil pantauan selama masa kampanye menunjukkan bahwa dua pasangan calon, yakni Sultan Tidore dan Sherly Tjoanda, berhasil menarik perhatian massa dalam jumlah besar. Keduanya memiliki kekuatan untuk mendominasi perolehan suara di kota ini.
Sultan Tidore mendapatkan keuntungan dari pengaruh dan kedekatannya dengan masyarakat, sementara Sherly Tjoanda, dengan latar belakang emosional dan simpati publik, juga mampu memperoleh banyak dukungan.
Dengan hanya beberapa hari tersisa menjelang hari pencoblosan, Pilgub Maluku Utara 2024 menjadi ajang persaingan sengit antara keempat pasangan calon.
Sultan Tidore dan Sherly Tjoanda menunjukkan lonjakan elektabilitas yang signifikan, sementara Muhammad Kasuba-Basri Salama tetap mengandalkan kekuatan di Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Kota Tidore Kepulauan, Halmahera Tengah, Halmahera Barat, dan Halmahera Timur, serta Kepulauan Sula.
Tidak ketinggalan Kota Ternate dan beberapa daerah lainnya juga menjadi target kemenangan dari pasangan yang dijuluki MK-Bisa ini.
Di sisi lain, Sultan Tidore Husain Alting Sjah-Asrul Rasyid harus mempertahankan dukungan yang merata di 10 kabupaten/kota untuk memenangkan pilkada, sedangkan Aliong Mus-Sahril Taher dengan kekuatan partai Golkar dan Gerindra akan menjadi pesaing yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Semua ini akan terjawab pada 27 November 2024 nanti, saat masyarakat Maluku Utara memberikan suaranya untuk menentukan pemimpin provinsi yang akan membawa perubahan dan kemajuan dalam lima tahun mendatang. (Rais Dero)
Topik:
Maluku Utara Calon Gubernur Maluku Utara Malut Gubernur Maluku Utara Pilkada Maluku Utara