Derita Berulang di Oba Tengah: Talud Jebol, Rumah Tergenang, Solusi Tak Kunjung Datang


Sofifi, MI - Hujan deras yang mengguyur Desa Tauno, Kecamatan Oba Tengah, Kota Tidore Kepulauan, sejak Sabtu (21/6/2025) sore hingga Minggu dini hari, kembali memicu bencana banjir besar yang melumpuhkan aktivitas warga. Sedikitnya 70 rumah warga tergenang banjir dengan ketinggian air yang mencapai 60 sentimeter hingga satu meter. Peristiwa ini menambah panjang deretan banjir yang melanda wilayah tersebut dalam satu tahun terakhir.
Kepala Desa Tauno, Nasrun Hamzar, membenarkan bahwa penyebab utama banjir adalah luapan tiga sungai besar yang melintas di sekitar desa. Luapan itu, kata Nasrun, terjadi akibat curah hujan ekstrem yang turun selama lebih dari 10 jam, mulai pukul 17.00 WIT hingga subuh pukul 04.00 WIT.
“Akibat curah hujan tinggi, tiga sungai meluap hingga ke pemukiman warga. Ada 70 rumah yang terendam. Talud penahan banjir jebol, dua titik bronjong hancur, bahkan ada satu dapur warga yang roboh diterjang air,” ungkap Nasrun saat dihubungi, Minggu (22/6/2025).
Tak hanya itu, banjir juga merusak jaringan air bersih yang selama ini menjadi sumber utama kebutuhan warga sehari-hari. Sejumlah pekarangan rumah ikut hanyut, meninggalkan lumpur dan puing-puing yang menyulitkan aktivitas harian.
Tak hanya merendam rumah warga, banjir juga meluber hingga ke ruas jalan lintas Halmahera yang melintasi desa tersebut. Genangan air di bahu jalan menimbulkan antrean panjang kendaraan dari dua arah.
Sejumlah sopir dan penumpang harus menunggu hingga air mulai surut untuk dapat melintas, mengingat kedalaman air berpotensi membahayakan kendaraan yang memaksa melaju.
Peristiwa ini mengingatkan warga akan kejadian serupa yang terjadi di akhir Mei lalu, ketika banjir kembali melumpuhkan jalan dan merendam rumah-rumah penduduk.
Bahkan menurut Nasrun, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, banjir besar telah terjadi sedikitnya empat kali di wilayah tersebut.
“Kalau tidak segera ditangani, kami khawatir banjir akan terus berulang. Ini bukan lagi peristiwa biasa, tapi sudah menjadi ancaman rutin,” tegasnya.
Kepala Desa Tauno menyerukan agar pemerintah tidak menutup mata atas kondisi krisis yang dialami warganya. Ia mendesak keterlibatan aktif dari berbagai instansi, mulai dari Pemerintah Kota Tidore, BPBD, Dinas PUPR, hingga Balai Sungai dan Jembatan untuk turun langsung melihat kondisi dan mencari solusi jangka panjang.
“Kami harap Pemkot Tidore dan Pemprov Maluku Utara serius menangani ini. Jangan hanya datang saat media ramai memberitakan, lalu pergi tanpa solusi. Ini tentang keselamatan dan masa depan warga,” ujar Nasrun dengan nada prihatin.
Menurutnya, penyebab utama banjir bukan hanya curah hujan, tetapi juga lemahnya infrastruktur pengendalian banjir yang ada. Tiga talud yang sebelumnya dibangun untuk menahan aliran sungai kini dalam kondisi rusak berat, sementara bronjong yang dipasang di dua titik kritis sudah tidak berfungsi. Hal ini menyebabkan setiap hujan deras langsung mengubah sungai menjadi ancaman nyata bagi permukiman.
“Talud sudah tak sanggup menahan air. Kalau bronjong dan saluran air tidak diperbaiki segera, maka ke depan bisa lebih parah. Harus ada program penguatan sungai, bukan hanya kirim bantuan mie instan setiap banjir datang,” kritiknya.
Kondisi geografis Desa Tauno yang berada di dataran rendah, diperparah oleh kerusakan lingkungan di daerah hulu sungai, membuat wilayah ini sangat rentan terhadap banjir. Warga dan pemerintah desa menilai perlu ada kajian menyeluruh tentang mitigasi bencana, tata ruang, serta perlindungan lingkungan.
Nasrun berharap pemerintah provinsi juga mempercepat program rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS), memperkuat bangunan pelindung sungai, serta memberikan pelatihan dan peralatan darurat bagi warga untuk menghadapi bencana serupa di masa depan.
Banjir di Desa Tauno bukan hanya tentang genangan air, tetapi juga tentang bagaimana negara hadir di tengah warganya yang rentan. Warga menunggu langkah nyata dari pemerintah, bukan sekadar kunjungan seremonial atau bantuan simbolis.
“Empat kali banjir besar dalam satu tahun, itu alarm keras. Kalau tidak segera ada langkah permanen, bisa saja nanti ada korban jiwa,” pungkas Nasrun. (Jainal Adaran)
Topik:
Maluku Utara Banjir