Gubernur Sherly Pilih Dekati Mahasiswa, Bukan Hindari


Ternate, MI - Aksi demonstrasi mahasiswa di depan kantor DPRD Kota Ternate, Senin (1/9), berakhir ricuh. Aparat kepolisian terpaksa mengamankan sejumlah massa aksi setelah terjadi saling dorong hingga lemparan batu. Gubernur Malut Sherly Tjoanda yang hadir langsung di lokasi sempat menemui para mahasiswa untuk menyampaikan imbauan.
Di hadapan massa, Gubernur Sherly menekankan pentingnya menjaga kondisi sosial dan ekonomi di Malut tetap stabil. Ia mengingatkan bahwa dampak aksi yang berlarut justru bisa merugikan masyarakat kecil.
“Ini kan ada banyak Mama-mama, makannya dari pendapatan harian. Kalau ekonomi berhenti, kan kasihan. Kita ini semua rakyat Indonesia, merah putih, mau yang terbaik,” ujarnya.
Sherly menegaskan, pintu komunikasi dengan dirinya selalu terbuka. Ia meminta mahasiswa tidak ragu untuk menyampaikan aspirasi secara langsung tanpa harus menimbulkan ketegangan di jalanan.
“Nah, Ade tinggal ngomong saja. Saya selalu terbuka, ketemu saya, saya kan update,” katanya.
Lebih jauh, Gubernur Sherly mengingatkan bahwa Malut adalah rumah bersama yang harus dijaga agar tetap damai. Menurutnya, kedamaian menjadi kunci agar roda perekonomian terus bergerak.
“Solusi kita cari bersama, dan ingat, torang ini samua bersaudara. Apa yang terjadi di pusat sebenarnya kan jauh dari Maluku Utara. Torang ini samua harus jaga Maluku Utara. Maluku Utara harus damai, ini rumah kita semua. Kalau kita damai dan nyaman, ekonomi berputar,” tegasnya.
Sherly juga menyoroti alasan utama mahasiswa turun ke jalan yang dilatarbelakangi kondisi ekonomi. Namun ia menilai, cara yang dipilih justru berpotensi memperburuk keadaan.
“Harus ingat, kita semua harus tenang dan berpikir. Kenapa awalnya ini terjadi? Karena masyarakat mengaku ekonominya sulit. Tetapi setelah satu minggu ini terjadi, ekonomi bukan lebih baik, malah lebih turun lagi,” jelasnya.
Ia menekankan perlunya solusi bersama yang tidak merugikan masyarakat luas. Kritik, menurut Sherly, tetap penting, namun harus dilakukan dengan cara yang konstruktif.
“Karena rodanya berhenti, padahal tujuan awal perjuangan ini adalah ekonomi lebih baik. Jadi, hari ini kita cari solusi bersama. Kita salah, kritik kita dengan baik-baik supaya ada solusi,” ungkapnya.
Sherly menegaskan arah perjuangan pemerintahannya adalah keadilan sosial dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Tujuannya satu, tadi: keadilan sosial, pemerataan ekonomi, meningkatkan kualitas hidup masyarakat Maluku Utara,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa program-program Pemprov Malut bersama Wakil Gubernur Sarbin Sehe sejauh ini berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Jika Ade-ade perhatikan semua program kami, saya dan Pak Sarbin. Kita renovasi rumah, kita kasih modal, kita cari masalah, kita cari solusi. Kita berjuang cari anggaran di pusat untuk mensejahterakan masyarakat,” tandas Sherly.
Meskipun Gubernur Sherly Tjoanda sempat menemui massa aksi, situasi di sekitar gedung DPRD Kota Ternate sebelumnya tetap berakhir ricuh. Aparat kepolisian mengamankan sedikitnya 14 mahasiswa yang diduga terlibat dalam kericuhan tersebut.
Kapolres Ternate, AKBP Anita Ratna Yulianto, menyatakan kericuhan bermula dari aksi saling dorong antara mahasiswa dan aparat yang berjaga.
Dari total massa yang diamankan, lima orang ditangkap pada gelombang pertama, sementara sembilan orang lainnya menyusul pada sore hari. Hingga kini, peran masing-masing dari mereka masih dalam pendalaman pihak kepolisian.
Kericuhan tercatat terjadi hingga empat kali. Massa melempari barisan polisi dengan batu sehingga aparat akhirnya membubarkan kerumunan menggunakan tembakan gas air mata.
Insiden tersebut mengakibatkan tiga anggota kepolisian mengalami luka, termasuk Kasat Samapta yang bibirnya pecah akibat lemparan batu. Meski demikian, seluruh luka yang dialami tergolong ringan.
Menjelang magrib, situasi semakin memanas karena massa terus melakukan pelemparan batu. Aparat akhirnya mengambil langkah tegas untuk membubarkan demonstrasi.
Berdasarkan pantauan di Polres Ternate, sebanyak 16 orang masih diamankan di Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam aksinya, mahasiswa membawa sejumlah tuntutan, di antaranya menolak kenaikan gaji anggota DPR RI maupun DPRD, serta mendesak pencopotan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Selain itu, massa juga menyoroti gaya hidup mewah para wakil rakyat di Kota Ternate yang dinilai kontras dengan kondisi masyarakat Maluku Utara yang masih dibayangi persoalan kemiskinan.
Mereka menilai, kenaikan gaji anggota dewan tidak sejalan dengan realitas ekonomi Indonesia yang belum stabil, jumlah pengangguran yang masih tinggi, serta angka kemiskinan yang terus meningkat.
Kericuhan yang terjadi dalam aksi tersebut mengakibatkan tiga mahasiswa terluka di bagian pelipis dan bibir akibat bentrokan dengan aparat kepolisian. (Jainal Adaran)
Topik:
Gubernur Malut Sherly Tjoanda Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa Malut DPRD MalutBerita Sebelumnya
Aksi Unras di Bandung, Ini Tuntutannya
Berita Selanjutnya
Kerugian Akibat Pembakaran Gedung DPRD Kota Makassar Capai Rp253,4 M
Berita Terkait

Rp58,96 Miliar Digelontorkan DKP Malut untuk Perkuat Ekonomi Pesisir
27 September 2025 18:00 WIB

Lobi Sherly Berbuah Manis, 2.050 Rumah di Malut Bakal Nikmati Listrik Gratis
10 September 2025 15:57 WIB