Universitas Terbuka Canangkan Target 1 Juta Mahasiswa

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 23 November 2021 07:18 WIB
Monitorindonesia.com - Universitas Terbuka (UT) mengemban misi pemerintah untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di tanah air yang yang masih tertinggal dibandingkan Malaysia, Thailand, dan negara tetangga lainnya. Rektor UT Prof Ojat Darojat dalam perbincangan dengan Monitorindonesia.com, di kantornya, baru-baru ini menerangkan, angka partisipasi untuk pendidikan tinggi di Indonesia masih sekitar 35 persen pada usia 18-23 tahun yang bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Menginjak usia 37 tahun, UT melalui peningkatan kualitas daya jangkau layanan dan sistem pembelajaran jarak jauh, menargetkan memiliki 1 juta mahasiswa ke depannya dari penambahan peserta didik di dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, saat ini UT telah didukung 39 kantor cabang yang berperan dalam peningkatan daya jangkau ke masyarakat. Selain itu, UT juga memiliki 869 jaringan kelompok belajar (pokjar) dan 50 Sentra Layanan Universitas Terbuka (Salut) di seluruh wilayah Indonesia. Berbagai jejaring layanan tersebut akan memudahkan masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan tinggi berkualitas tanpa hambatan jarak dan waktu. Perluasan ini ditujukan bagi masyarakat di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan dalam mengakses pendidikan tinggi ke PTN dan PTS reguler. Prof Ojat menuturkan, peningkatan daya jangkau layanan pembelajaran jarak jauh sangat penting sebab masyarakat yang berada di daerah bisa kuliah tanpa harus meninggalkan kampung halaman atau pekerjaan mereka sehari-hari. Sedangkan untuk layanan luar negeri, UT menyasar para pekerja migran dan pegawai kantor perwakilan pemerintah Indonesia yang tersebar di berbagai negara.  Menurut Prof Ojat, hal ini dilakukan agar WNI di luar negeri juga dapat bekerja sambil kuliah. "Jumlah mahasiswa UT di luar negeri semakin banyak. Mereka tersebar di 54 negara dan 91 kota di mancanegara," jelas Rektor UT dua periode itu. Guna mewujudkan pendidikan tinggi untuk semua masyarakat Indonesia, Universitas Terbuka akan terus berinovasi. "Universitas Terbuka bekerja keras mewujudkan harapan agar mempunyai 1 juta mahasiswa dalam beberapa tahun ke depan," katanya. Prof Ojat menegaskan, target ini merupakan suatu tantangan yang tidak mudah. Namun bukan berarti mustahil untuk dicapai. Untuk itu UT terus kembali menggelorakan program wajib kuliah bagi semua masyarakat. Ojat pun berharap adanya dukungan dari pemerintah pusat dengan berbagai kebijakan pendidikan tinggi yang selaras. Dia mengusulkan pemerintah mencanangkan program wajib kuliah demi mendukung pembangunan sumber daya manusia dan pemerataan pendidikan tinggi di Indonesia. "Guna meningkatkan angka partisipasi pendidikan tinggi, program wajib kuliah menjadi pilihan strategis. Dengan program wajib kuliah di UT, biaya pendidikan tidak ditanggung mahasiswa tapi dipindahkan ke pihak ketiga yang bisa membelanjakan kebutuhan operasional UT," ujar Prof Ojat. Gagasan wajib kuliah, imbuhnya, juga sejalan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menginginkan semua warga dapat menempuh pendidikan berkualitas. Di sisi lain, Universitas Terbuka sudah siap dengan bahan ajar yang bisa memasilitasi mahasiswa di seluruh Indonesia. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan sejak beridiri tahun 1984, telah terbukti efektif terlebih selama masa pandemi. “UT telah berpengalaman menyelenggarakan pendidikan jarak jauh selama 37 tahun. Sehingga saat ada pendemi Covid-19, yang paling siap adalah UT. Kampus kita menjadi pionir dan pemimpin dalam PJJ,” kata Ojat. Universitas Terbuka, lanjutnya, telah memberikan bantuan bagi perguruan tinggi tatap muka dalam penyediaan platform untuk pembelajaran secara online. UT juga telah memberikan akses penyediaan bahan ajar digital bagi seluruh mahasiswa dan dosen agar pembelajaran online bisa dilakukan di semua perguruan tinggi.