Wamen Diktisaintek: Magang Berdampak Dongkrak Gaji Lulusan dan Buka Akses Kerja

Rizal Siregar
Rizal Siregar
Diperbarui 16 Juni 2025 18:07 WIB
Wamen Diktisaintek  Prof. Stella Christie, Ph.D.,  saat peluncuran  Program Magang Berdampak Kemendiktisaintek . (Fotof. Rizal)
Wamen Diktisaintek  Prof. Stella Christie, Ph.D.,  saat peluncuran Program Magang Berdampak Kemendiktisaintek . (Fotof. Rizal)

Jakarta, MI - Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) bidang Sains dan Teknologi, Prof. Stella Christie, Ph.D., menegaskan pentingnya program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) sebagai bagian dari upaya menciptakan pendidikan tinggi yang berdampak nyata bagi masyarakat dan dunia industri. 

Program magang bukan lagi sekadar aktivitas pelengkap, melainkan menjadi jembatan penting antara kampus dan dunia kerja.

“Kami tidak ingin mahasiswa magang hanya bikin kopi dan fotokopi. Magang harus menjadi ruang belajar yang sesungguhnya—menghadirkan tantangan nyata dan membangun koneksi profesional,” ujar Prof. Stella dalam acara peluncuran Program Magang Berdampak 2025, di kantor Kemendiktisaintek, Jakarta Senin (16/6/2025).

Menurutnya, Kemendikbudristek secara aktif melakukan evaluasi terhadap setiap program yang dijalankan, termasuk program MSIB, untuk memastikan efektivitas dan dampaknya.

Salah satu hasil yang paling menggembirakan, katanya, adalah dari program MSIB yang telah menunjukkan hasil signifikan dalam meningkatkan kesiapan kerja mahasiswa.

 “Rata-rata gaji lulusan MSIB mencapai Rp5,5 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan lulusan perguruan tinggi lainnya. Bahkan 16,22 persen mahasiswa langsung mendapat tawaran kerja setelah mengikuti program ini,” jelasnya.

Selain aspek ekonomi, program ini juga menunjukkan dampak sosial. Sebanyak 60,36 persen peserta berasal dari keluarga yang orang tuanya tidak pernah mengenyam bangku kuliah, dan 12,44 persen berasal dari keluarga dengan pendidikan orang tua hanya sampai SD.

 “Artinya, magang berdampak benar-benar membuka akses bagi kelompok yang selama ini sulit masuk ke dunia kerja formal,” kata Stella.

Dari sisi akademik, konversi SKS program ini pun berjalan baik. Sebanyak 82 persen program studi mengonversi maksimal 20 SKS, dan 6,5 persen lainnya mengonversi antara 16–19 SKS. Ini membuktikan bahwa program magang sudah terintegrasi dalam sistem pendidikan, bukan sekadar program tambahan.

Program Magang Berdampak 2025 menjadi bagian dari konsep besar “Kampus Berdampak” yang diusung Kemendikbudristek. Konsep ini mendorong agar perguruan tinggi tidak hanya menjadi menara gading, tetapi hadir aktif di tengah masyarakat sebagai agen perubahan sosial dan ekonomi.

 “Setiap rupiah anggaran yang dikeluarkan harus menghasilkan dampak. Karena itu, program kami tidak sekadar dilanjutkan, tetapi harus lebih konkret, kontekstual, dan berorientasi pada hasil,” tegas Stella.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan mitra industri. Sejak 2020, Kemendikbudristek telah menyeleksi dan bekerja sama dengan mitra strategis yang tidak hanya menyediakan tempat magang, tetapi juga berkomitmen membuka ruang belajar nyata.

“Mitra industri bukan hanya menyediakan tempat, tapi juga membuka pintu pembelajaran yang sangat penting. Kami sangat menghargai mereka,” ucapnya.

 

Topik:

Kemendiktisaintek Magang Berdampak Mahasiswa Pendidikan