Masinton Pasaribu: Sikap Kritis Puan Maharani, Bagian dari Tugas Sebagai Ketua DPR

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 9 Agustus 2021 10:02 WIB
Monitorindonesia.com - Sikap kritis Puan Maharani dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPR RI terhadap sejumlah kebijakan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) yang tidak pro rakyat, bukan bagian dari pencitraan atau dibuat-buat. Gaya politik yang ditunjukan Puan Maharani sangat dewasa, tidak reaksional, dan bisa dibilang langkah politiknya lebih matang. Penilaian ini disampaikan salah satu kader PDI Perjuangan yang duduk di DPR RI, Masinton Pasaribu melalui keterangan tertulisnya, Senin (9/8/2021) terkait gaya kepemimpinan ketua DPR RI perempuan pertama, Puan Maharani. Masinton mengatakan, Puan sosok banyak dipandang sebagai politisi berkecimpung karena melanjutkan trah keluarga. Bagaimana tidak, kakeknya seorang Proklamator yang juga Presiden Pertama Republik Indonesia (RI), Soekarno, Ibunya Megawati Presiden Kelima RI yang juga Ketua Umum DPP PDIP, dan ayahnya Taufiq Kiemas Ketua MPR RI. "Mbak Puan juga merupakan pemimpin yang terasah kemampuannya sejak kecil. Dia itu, selain putrinya Bu Mega dan almarhum Pak Taufiq Kiemas, juga pernah mengalami situasi-situasi sulit ketika Orde Baru, pada saat itu merepresi dan membatasi langkah-langkah politik keluarga Bung Karno, keluarga Bu Mega," ungkapnya. Namun, menurut Anggota Komisi VI DPR RI ini, bagi mereka yang melihat dan mengetahui sepak terjang Puan Maharani, menilai sosoknya pemimpin natural. Insting politiknya dibentuk dari trah, tetapi kedewasaan Puan terbentuk dari pengalamannya selama ini. "Mbak Puan memiliki tipe kepemimpinan alami dan natural, dengan latar belakang keluarga politisi, tetapi gaya dibawanya bukan karena trah, melainkan tampil dengan sisi politik apa adanya. Mbak Puan ini tidak dibuat-buat, tidak pencitraan, lebih natural," sebut Masinton. Melanjutkan pernyataannya, Masinton menyebut kalau Puan juga merupakan pemimpin yang terasah kemampuannya sejak kecil dan memiliki insting politik tajam dengan bekal pengalamannya itu, bukan pemimpin tiba-tiba muncul. "Dia lebih tenang dan lebih matang. Gaya politiknya sangat dewasa, tidak reaksional, langkah politiknya lebih matang. Nggak dibikin-bikin. Kepemimpinan tampil apa adanya," ujar Masinton. Di samping itu, masih menurut Masinton, Puan juga mengembangkan kemampuan politiknya sendiri sejak awal bergabung di dalam partai. Bahkan secara blak-blakan, Puan pernah mengatakan, tidak ada 'karpet merah' untuknya meski ia merupakan anak Ketua Umum PDI Perjuangan. "Mbak Puan ini dari mulai kecil sudah mengalami fase-fase, situasi politik, yang represif pada saat itu. Pada saat Orde Baru itu, ia memiliki insting dan naluri politiknya lebih matang," kata Masinton. Menurut Masinton, mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu bukan pemimpin panikan karena dalam mengambil keputusan bersikap tenang, dan tidak gegabah. "Ia selalu tenang, bukan tipikal pemimpin yang panik. Dan karena PDI Perjuangan kan concern-nya masyarakat kecil ya, ia lebih responsif dan peka, mendengar suara-suara masyarakat di bawah," tuturnya seraya menambahkan bahwa perhatian dan kepekaan Puan pada suara rakyat juga tercerminkan pada jabatannya, mulai dari anggota DPR, Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, Menko PMK, hingga sekarang Ketua DPR. Secara nyata kepeduliannya pada rakyat, terlihat dari kritik yang belakangan Puan lemparkan untuk pemerintah. Masinton memandang sikap kritis itu memang diperlukan, terlebih kritik berangkat dari keresahan masyarakat, misalnya terkait kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terlihat represif pada masyarakat dan tidak terlihat persuasif. "Mbak Puan sebagai Ketua DPR, DPR itu kan menjadi mitranya pemerintah. Nah, selain mitra, fungsi DPR juga menyuarakan, menyuarakan yang menjadi fenomena atau dinamika atau keresahan dari publik. Nah, jadi yang disampaikan Mbak Puan itu masih tahap dan ranahnya sebagai Ketua DPR. Sebagai Parlemen," tegas Masinton yang memandang kalau sikap kritis itu memang diperlukan. Karena itu, Masinton mengatakan, apa yang disuarakan Puan itu bagian dari pelaksanaan tugasnya sebagai Ketua DPR RI yang memang harus menyampaikan itu kritikan ke pemerintah jika tidak berpihak ke rakyat. "Nah, di satu sisi mengkritisi di satu sisi memberi masukan pada pemerintah. Pemerintah kan harus dibantu, nggak bisa mereka bekerja sendiri. Mana yang belum pas harus diberitahu, harus diingatkan," tutupnya. Diketahui, belakangan Puan memang aktif dalam memberi masukan pada pemerintahan Presiden Jokowi. Beberapa lontaran kritik Puan, di antaranya adalah perihal aturan makan 20 menit, pembagian bantuan sosial, hingga kebijakan terkait PPKM Level 4 lainnya. (Ery)

Topik:

sikap kritis puan mharani